Mohon tunggu...
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc Mohon Tunggu... Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah -

Aparatur Sipil Negara, Provinsi Kalimantan Tengah, anak suku Dayak Ngaju.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Anomali Global Moral Kasus Sumberdaya Alam

31 Oktober 2015   11:30 Diperbarui: 31 Oktober 2015   22:18 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita memang mengendalikan ekologi dunia. Berabad-abad lalu erupsi gunung berapi seperti Krakatau Indonesia telah memberikan dampak global yang tercatat dalam sejarah sebagai pemicu perubahan peradaban global. Indonesia bukan hanya milik orang Indonesia saja, melainkan sebuah takdir suatu wilayah yang memegang kunci utama stabilitas global bagi kehidupan umat manusia.

Seperti halnya secara organisatoris Bapak Soekarno membangkitkan dan membuka semangat global era baru Asia-Afrika, sampai kini pun peran Indonesia tak bisa dihindari tetap tak mungkin diabaikan oleh siapa pun secara global, selama kita mahluk manusia masih dalam satu bumi yang sama.

Lalu apa yang dilakukan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dalam menyikapi hal ini ?.

Dalam usia saya yang sudah 55 tahun ini, saya melihat banyak Presiden Indonesia dengan era kepemimpinannya dengan masalahnya masing-masing. Dalam pengelolaan sumberdaya alam Indonesia, tentu saja ada kesamaan para pemimpin tersebut, yaitu semua mereka memakai pakem berbasis paham kelestarian sumberdaya alam.

Pengelolaan sumberdaya alam ditakdirkan harus berkelanjutan dengan azas kelestarian, menjadi kewajiban yang tanggung renteng dari generasi ke generasi. Tak ada satu generasi yang boleh lengah atau teledor dalam menyikapi sumberdaya alamnya, karena dampaknya akan berkelanjutan dan amat mendalam menentukan masa depan umat manusia.

Saya mengakui "kedegilan" seorang Jokowi dalam hal pengelolaan SDA ini, misalnya sikap beliau yang tidak pernah menyalahkan generasi pimpinan Indonesia sebelumnya pada saat menghadapi bencana SDA yang terjadi. Kita keheranan saat Jokowi yang melakukan kegiatan lapangan di suatu desa Kalimantan dengan kebakaran hebatnya, langsung memimpin pemadaman dan yang tak terpikirkan bagaimana Sang Presiden, tiba-tiba setelah sekitar 4 jam setelah kembali dari TKP Tempat Kejadian Perkara, balik lagi ke TKP secara diam-diam, hanya untuk memastikan bahwa api benar-benar telah dipadamkan dengan baik dan benar, sebelum petugas meninggalkan TKP tersebut. Hal ini kami saksikan sendiri saat tanggal 24 September 2015 saat pulang ke rumah saya di Palangka Raya melalui jalan darat dari Banjarmasin ke Palangka Raya.

Sebagaimana data nyata bahwa kasus karhutla ini sudah ada sejak lama dari era pemimpin satu ke lainnya. Namun saya belum pernah melihat sebelumnya ada Presiden yang sanggup bolak-balik pontang panting menyambangi TKP karhutla se Indonesia dengan tetap menunjukkan wajah yang sama penuh dengan determinasi semangat tak pernah menyerah, membuat "kesal" banyak orang yang melihatnya.

Sebagai salah satu alumni "fakultas kehutanan" Jokowi memang "tidak diajarkan membakar" hutan lahan pekarangan. Saya memahami itu karena saya (ma'af bukan cari muka) juga lulus keilmuan dasar manajemen hutan, dimana diajarkan bahwa kelestarian SDA itulah prestasi tertinggi dari pengelolaan SDA.

Hari ini, juga kabarnya setelah amat banyak kegiatannya, Jokowi akan tiba di Palangka Raya Kalimantan Tengah, bahkan barangkali "agak" mengabaikan isu APBN yang merebak di pusat, beliau akan kelapangan lagi di Kalimantan Tengah untuk terus mengendalikan karhutla tapak demi tapak di bumi Indonesia.

Upaya pengendalian karhutla era Jokowi ini khususnya di Kalimantan Tengah, telah melahirkan inovasi baru yang unik antara lain hal yang belum begitu kita kenal dahulunya, seperti rumah oksigen, stasiun isi ulang oksigen, sekolah anti asap, rumah singgah asap, poliklinik anti asap, puskesmas anti asap, blocking kanal, TSA Tim Serbu Api, cairan pemadam api, jamu asap, dan lain-lain.

Kesemuanya menandakan bahwa perhatian dan tindakan yang besar dan perduli dengan keteguhan sikap seorang Jokowi dalam era tanggap darurat terus mendorong semakin teguhnya kepastian "kemandirian" Indonesia dalam pengelolaan SDA yang akan mendorong inisiatif nasional regional global membantu Indonesia ke depan. Hal ini menjadi modal yang terus dirajut, agar kemandirian SDA Indonesia itu menjadi milik dan warisan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun