Mohon tunggu...
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc Mohon Tunggu... Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah -

Aparatur Sipil Negara, Provinsi Kalimantan Tengah, anak suku Dayak Ngaju.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Adopsi Loon Project Google untuk Mengatasi Asap

29 Oktober 2015   12:26 Diperbarui: 29 Oktober 2015   13:47 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Teknologi Informasi Kalteng"][/caption]Adopsi Loon Project Google Untuk Mengatasi ASAP

Mengingat Kalimantan Tengah (Kalteng) yang luas wilayah daratannya (belum di hitung luas dari garis pantai 750 kilometer) terluas nomor dua di Indonesia, dengan aneka ragam varisasi flora, fauna dan tanah / lahannya yang amat lengkap.

Masalah di Kalteng beberapa tahun belakangan ini dalam mengelola potensi SDA Sumberdaya Alam yang amat besar itu, banyak terjadi perubahan lingkungan yang amat merugikan di wilayah Kalteng, dimana terjadi kebakaran hutan, lahan dan pekarangan dengan frekuensi dan intensitas yang semakin tinggi dari tahun ke tahunnya.

Banyak faktor penyebab kejadian merugikan tersebut di atas. Baik karena faktor alami mau pun disebabkan oleh manusia itu sendiri dalam kegiatannya memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Kendala utama dalam MENGENDALIKAN bencana dimaksud adalah Kemampuan melakukan PENGENDALIAN oleh Pemerintah (Daerah) belum di dukung dengan infrastrukutur (sarana prasarana) yaitu fasilitas dan tenaga manusia serta biaya yang memadai, terutama melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan yang mampu dengan amat cepat memberikan data / informasi akurat potensi / kejadian bencana dilapangan.

Untuk mampu menjawab tantangan / kendala / hambatan tersebut di atas, maka dibutuhkan infrastruktur yang mampu secara tepat guna dan berhasil guna dimanfaatkan dalam mengelola masalah yang terjadi di Kalimantan Tengah dengan skala prioritas penanganan masalahnya.

Berdasarkan identifikasi masalah utama dalam pengelolaan SDA tersebut adalah belum mampunya Pemerintah (Daerah) menyajikan secara konkrit data / informasi aktual kondisi nyata dilapangan dalam wilayah yang amat luas tersebut, sehingga tanpa adanya data / informasi yang akurat, amat mustahil melakukan tindak pengendalian dengan akurat.

Lebih spesifik kasus kebakaran hutan, lahan dan pekarangan yang terjadi, telah ditangani dengan berbagai cara baik yang bersifat pre-emtif, preventif dan kuratif, namun hasil semuanya itu masih belum terlihat secara memadai dan berkelanjutan.

Model sistem pengendalian berbasis teknologi tinggi pengendalian wilayah ekologis yang masih ada di Kalimantan Tengah adalah dari Jepang, yaitu http://kalteng.go.id/ogi/viewarticle.asp?ARTICLE_id=1473  yaitu Asia Pasific Telecommunity Project J2 dan J3 atau yang disingkat dengan APT Project J2 dan J3 merupakan salah satu proses pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk deteksi dini kebakaran lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah.

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luasan lahan gambut mencapai 3.01 juta ha atau 52,2% dari seluruh luas gambut di Kalimantan (hasil studi Puslitanak (2005)). Di lain pihak, banyaknya kasus kebakaran yang terjadi pada lahan gambut yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah serta kesulitan dalam menanganinya sebagai implikasi dari proses deforestasi yang terjadi di Provinsi ini, telah mendorong dilaksanakannya proyek APT HRD Program for Exchange of ICT Researcher/Engineers through Collaborative Research 2010 (J2) yang di sponsori oleh Extra Budgetary Contribution Japan atau disebut Proyek APT J2, melakukan pemanfaatan TIK untuk penanggulangan bahaya kebakaran lahan gambut.

Kekurangan dari sistem tersebut adalah masalah cakupan wilayah pemantauannya yang amat terbatas, karena mengandalkan terutama kamera yang berada pada menara. Pembangunan menara serupa Base Transceiver Station (BTS) tentu amat memerlukan banyak tenaga, waktu dan biaya serta operasional yang amat luas bila di bangun menggapai keterpencilan wilayah Kalteng.

Perkembangan teknologi informasi saat ini nampaknya memberikan harapan baru bagi mendukung upaya pengelolaan SDA Kalimantan Tengah tersebut sebagaimana di sitir dari artikel Kompas.com dengan link

http://tekno.kompas.com/read/2015/10/29/10224067/Ratusan.Balon.Google.Jadi.BTS.Terbang.di.Indonesia?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Tekno

 Internet

Ratusan Balon Google Jadi "BTS Terbang" di Indonesia

Wicak Hidayat - Kompas Tekno
Kamis, 29 Oktober 2015 | 10:22 WIB

MOUNTAIN VIEW, KOMPAS.com - Lebih dari 17.000 pulau di Indonesia dibentangi laut, hutan, dan gunung yang berliuk-liuk. Hal itu menyulitkan infrastruktur jaringan masuk untuk menyebarkan akses internet di wilayah pelosok.

Untuk itu, Project Google Loon dalam bentuk balon terbang ingin membantu penyaluran infrastruktur agar penduduk wilayah terpencil juga bisa merasakan akses internet yang sama dengan penduduk di wilayah-wilayah terjangkau.

Setiap balon di Project Loon akan seperti BTS "melayang". Yakni berfungsi seperti menara BTS (base transceiver station) pada umumnya, tetapi melayang di udara dan menjangkau daerah yang lebih luas.

Diketahui, setiap balon di Project Loon akan terbang di ketinggian kurang lebih 20 kilometer dari permukaan laut (60.000 kaki). Masing-masing memiliki jangkauan radius 40 km, sedangkan BTS biasa hanya sekitar 5 km.

Menurut Project Leader Project Loon di Google X, Mike Cassidy, dibutuhkan ratusan balon Google untuk mencakup seluruh wilayah Indonesia. Indonesia sendiri memiliki wilayah daratan seluas kurang lebih 750.000 meter persegi.

"Balon-balon itu nantinya tidak akan menetap di satu tempat, melainkan terus bergerak. Kami akan mengendalikan bila ada satu yang keluar jangkauan, langsung digantikan dengan yang lain," ujar Cassidy, seperti dilaporkan wartawan KompasTekno, Wicak Hidayat dari Mountain View, California pada Rabu (28/10/2015).

Seperti diketahui, proyek Google Loon tak hanya melibatkan satu balon saja di stratosphere, namun banyak balon yang melingkari bumi seperti cincin. Satu balon bisa menggantikan peranan balon lain saat melintasi suatu wilayah.

Cassidy menambahkan, balon internet tersebut bakal fokus untuk menghadirkan internet bagi pengguna smartphone. Sebab, smartphone merupakan media yang dianggap paling banyak digunakan masyarakat saat ini untuk berkegiatan lewat akses maya.

Project Loon secara sederhana menyerupai Wi-Fi gratis. Setiap smartphone berkemampuan 4G LTE bakal diberi akses internet yang mumpuni. Yakni memiliki kecepatan unduh hingga 10 Mbps, atau hanya 1 Mbps lebih rendah dibandingkan kecepatan internet standar di AS.

Project Loon akan mulai diuji coba di Indonesia pada 2016 mendatang. Hal ini telah disepakati resmi oleh pihak perusahaan induk Google, Alphabet, dengan tiga operator utama Indonesia (Telkomsel, XL, dan Indosat). (FKB/WSH)

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Balon Google Penyebar Internet Masuk Indonesia

Editor             : Reza Wahyudi

-----------------------

Artikel Kompas tersebut menyajikan optimisme mengatasi masalah kemampuan menjakau keterpencilan wilayah untuk mendapatkan data / informasinya dengan membangun BTS terbang yang mampu bekerja seperti pesawat DROID, namun nampaknya akan lebih tepat guna dan berhasil guna bila diterapkan terhadap kondisi SDA di Kalteng.

Dalam hal ini Pemerintah (Daerah) dapat membangun insfrastruktur tersebut dengan tahapan dimulai dari Kajian / Studi Kelayakan, termasuk menetapkan Kelembagaan dan Personil (misalnya operasional oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Formulasi Progam / Kegiatan, Implementasi, dan Pengedalian Program / Kegiatan.

Artikel ini muncul karena penulis pernah terlibat dalam beragam kegiatan pengelolaan sistem informasi tersebut di atas, termasuk pernah menjadi Sekretariat dan membantu tahap awal memetakan Proyek Pengembangan Lahan Gambut Satu Juta Hektar (1,4 juta hektar) di Kalimantan Tengah.

 

Untuk bugar setiap saat klik DFS, Dayak Fitness Style, goes from Borneo to Global with Love !.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun