Musim panas lalu, salah satu impian saya terbayar. Yup, berkesempatan sowan ke New York City, kota metropolitan terpopuler di dunia, jadi salah satu item teratas di bucket list saya selama ini. Yellow cab, Central Park dan Times Square, here I come!
Berbekal places must visited free attraction list dari TripAdvisor, saya memutuskan untuk memanfaatkan waktu semaksimal (dan biaya sehemat mungkin) untuk mengarungi kota yang selama ini kerap jadi inspirasi lagu dan film ini. Maklum, kunjungan kali ini sebetulnya bukan murni liburan. Saya beruntung karena paper riset saya bersama seorang teman diterima untuk dipresentasikan di satu kampus di New York, dan biaya keberangkatan mendapat beasiswa dari pemerintah ;-) Jadi, jatah waktu 5 hari (sudah termasuk presentasi dan acara lainnya) mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya!
Saat summer, memang membuat biaya akomodasi dan tiket pesawat melonjak kejam. Untunglah, saya masih bisa menemukan 1 hotel murmer (USD 100 per malam jadi tarif langka di NY kalau musim liburan!). Walaupun lebih mirip motel dengan fasilitas kamar mandi bersama, tapi hotel tua untuk backpacker ini cukup unik karena seluruh kamar dan lobi hotel dihias dengan mural-mural bertema. Bos (entah pemilik atau bukan) hotel adalah seorang pria Italia paruh baya yang ramah dan helpful, dengan kucing gendut piaraan yang suka mondar-mandir di lobi dan kamar hotel. Tepat di lantai terbawah, ada resto pizza kecil yang tampaknya masih ada hubungan dengan si bos Itali tadi. Harumnya pizza berkulit renyah dengan paprika dan keju mozarella meleleh di atasnya, kerap menggoda sampai ke lantai atas!
[caption id="attachment_328811" align="aligncenter" width="346" caption="Mural cowgirl di hotel Carlton Arms, NY"][/caption]
Satu keuntungan lain, walaupun bangunannya terbilang tua, namun hotel ini terletak di pusat kota, area East Side, yang dekat dengan Madison Avenue. Ke Times Square, cukup berjalan kaki (walaupun lumayan pegal). Karena bersebelahan dengan kampus tempat saya presentasi (sengaja mencari hotel sedekat mungkin supaya gak perlu keluar ongkos transport), pilihan makanan pun luarbiasa beragam. Mulai dari pizza Italia harum menggoda di bawah hotel, kedai bagel di seberang hotel yang selalu ramai terutama di pagi hari, kantin mungil yang menjual lunch paket Vietnam murmer, sampai food truck penjual Kebab dan beef/chicken rice ala Mesir yang hemat mengenyangkan. Rata-rata dibanderol USD 3-4, dengan porsi raksasa. Rasanya, semua porsi makan di NY ini raksasa deh, tapi kok orangnya kurus-kurus ya? Apa mungkin karena doyan jalan ya :-)
Salah satu tempat yang masuk dalam kunjungan wajib adalah taman tersohor, Central Park. Walau sehari sebelumnya sempat hujan sehingga taman besar di tengah kota ini agak becek di beberapa tempat, namun senang rasanya bisa melihat kerindangan pohon-pohon dan kolam buatan (walaupun airnya ternyata cokelat mirip kali Ciliwung, hehe) di tengah hutan beton kota New York. Oya, sempat juga mengintip beberapa spot yang sering dipakai untuk syuting film dan serial TV, diantaranya kolam dengan latar belakang komidi putar tempat Robin menggali cincin yang dicarinya bersama Ted di serial komedi 'How I Met Your Mother?'
[caption id="attachment_328812" align="aligncenter" width="208" caption="porsi raksasa makanan ala NYC"]
Puas menikmati hijaunya rerumputan sembari mendengarkan musisi jalanan berkulit hitam memainkan saksofonnya di bawah jembatan Central Park, tujuan selanjutnya adalah persimpangan terkenal seantero jagat: Times Square. Berhubung musim liburan dan weekend, turis-turis berlimpah ruah memenuhi sudut Times Square yang di kanan-kirinya disesaki dengan toko-toko fashion, iklan-iklan LED, serta poster-poster drama musikal Broadway legendaris seperti Mama Mia, Wicked, dan Phantom of The Opera. Karena bujet terbatas, saya memilih tidak menonton drama musikal ini. Mending waktunya dihabiskan untuk mendatangi tempat-tempat yang gratisan aja ;-)
Di Times Square, tampak kerumunan orang berkumpul di sebuah tempat mirip tangga tempat duduk raksasa. Penasaran, saya menghampiri tempat tersebut untuk melihat kenapa orang ramai berkumpul di sana. Owalah, ternyata di belakang tangga tempat duduk raksasa tersebut, ada layar LED berukuran raksasa yang men-display kerumunan orang tadi. Pantas saja, banyak orang berlomba-lomba untuk naik ke tempat paling atas demi mendapat spot terdepan dan terpajang di layar display raksasa tadi. Kemudian, ramai-ramailah mereka ber-selfie ria, alias memotret dirinya sendiri yang terpajang di layar tersebut! Hahaha...
[caption id="attachment_328815" align="aligncenter" width="300" caption="Central Park, oase hijau di tengah hutan beton"]
Sayang, saat hendak mengunjungi Statue of Liberty, tempat tersebut sedang dalam renovasi. Dan akhirnya, saya berkesempatan juga menumpang yellow cab yang jadi icon populer New York ini, saat dalam perjalanan datang dan pulang. Maklumlah, ongkos taksi lumayan mahal (bayangkan, dari tengah kota ke bandara JFK sekitar USD 70!) sehingga lebih hemat berjalan kaki atau naik subway. Dan ternyata, informasi yang saya dapat dari mbah Google terbukti benar: sopir-sopir yellow cab ini mayoritas tukang ngebut semua, kalau di Jakarta bisalah adu balap sama metro mini :-)