Mohon tunggu...
Hery Santoso
Hery Santoso Mohon Tunggu... -

Suka membaca, berdiskusi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tren Menyingkat Nama

13 Maret 2014   04:45 Diperbarui: 4 April 2017   18:19 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2003/2004-an, bisa dibilang merupakan tonggak dimana yang punya nama-nama panjang, khususnya yang terdiri dari tiga katanama menjadi lazim disingkat. Dimulai dari nama singkatan SBY, tidak lama kemudian MJK. Karena nama singkatan itu semakin populer di kala itu, maka hingga kini menjadi trend-setter bagi siapa saja yang ingin mempercepat popularitasnya di masyarakat. Dan lagi-lagi, yang bisa disingkat adalah yang punya tiga katanama, seperti: ARB, AQJ, UGB, BCL, dll. Yang punya dua katanama pun memaksakan diri, seperti: Depe, Jupe, HT, dan ...?

Dahulu (tahun 70-80an) ada nama ulama terkenal bernama Haji Abdul Malik Karim Amrullah, pun menyingkat namanya menjadi HAMKA. Musisi bang Raden Haji Oma Irama juga menyingkat namanya menjadi Rhoma Irama. Tetapi tidak menjadi trend. Mungkin akan menjadi trend seandainya mereka berdua berhasil menjadi presiden.

Tahun 60-70an, praktis tidak ada trend menyingkat nama. Mungkin generasi pada tahun itu banyak nama yang cuma satu kata. Bisa dibayangka jika Soeharto disingkat S, Soekarno juga disingkat S, Soebroto, juga S. Tidak bisa dibayangkan betapa bingungnya masyarakat pada waktu itu jika semuanya menyingkat namanya menjadi S. Kalau Moerdiono, masih bisa disingkat M. Tetapi nanti keliru dengan Moerdani, atau Muladi. Kalau Wiranto, masih bisa-lah, W. Tetapi khawatir keliru dengan nama Widodo, atau Wilopo, atau Wicaksono, maka bolehlah ditambahi, jadi: Win. (Mestinya yang tepat adalah Wir).

Tahun 2014 ke atas, ke mana arah trend menyingkat nama masih belum bisa ditebak. Kalau diprediksi, bisa! Begini: Jika nanti yang menang adalah Jokowi, maka trend menyingkat nama masa-masa selanjutnya adalah tidak menyingkat dengan mengambil huruf depannya saja, tetapi menyambungkan katanama pertama dengan katanama kedua. Misalnya, Rhoma Irama, akan disingkat menjadi Rhomair; Dahlan Iskan, bukan disingkat menjadi DI, tetapi Dahlanis; Mahfud MD, bukan MMD, tetapi ...??; Prabowo Subiyanto, menjadi Prabowosu, atau Prabowoto??

Jika yang menang buka Jokowi, maka...lihat saja, apakah presiden baru kita akan menyingkat namanya atau biasa saja. Jika biasa saja, maka trend akan menjadi normal lagi, atau kembali ke zaman kemerdekaan, "panggil saja aku Bung!", atau "Bang!", atau kembali ke zaman pembangunan, "panggil saja aku Bapak!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun