Mohon tunggu...
Hersa RachmadaniSiswanto
Hersa RachmadaniSiswanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Konten favorit saya Skincare

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Industri Kecantikan Indonesia: Terjajah oleh Dominasi Brand China?

8 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   15:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Industri kecantikan Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk perawatan diri. Sayangnya, perkembangan ini justru dibayangi oleh tantangan besar: dominasi brand-brand asing, khususnya yang berasal dari China. Data terbaru menunjukkan bahwa pangsa pasar yang sebelumnya didominasi oleh produk lokal kini mulai dikuasai oleh brand-brand asal China seperti Skintific dan The Originote. Fenomena ini mengundang keprihatinan, terutama mengingat dampaknya terhadap keberlangsungan brand lokal dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Pada tahun 2022, brand lokal masih mendominasi pasar kecantikan Indonesia. Namun, saat ini situasinya mulai berubah. Skintific, sebuah brand dengan afiliasi China, kini memimpin pasar. The Originote berada di posisi ketiga, sementara kategori produk seperti serum dan masker wajah didominasi oleh brand China seperti Bioaqua. Bahkan di kategori skincare paket, brand lokal seperti Glad to Glow harus kalah bersaing.

Brand-brand asing ini menawarkan produk dengan harga kompetitif, strategi pemasaran yang agresif, serta distribusi yang luas melalui platform e-commerce. Hal ini membuat produk mereka lebih mudah diakses oleh konsumen Indonesia, terutama generasi muda yang cenderung memilih produk yang murah dan praktis. Sayangnya, meski harga produk China terjangkau, kualitasnya sering kali menjadi bahan perdebatan. Namun, konsumen tetap tergiur oleh daya tarik harga rendah, mengabaikan potensi dampak jangka panjang terhadap ekonomi lokal.

Penyebab Dominasi Brand China
Ada beberapa faktor utama yang membuat brand China berhasil menguasai pasar kecantikan Indonesia:  
1. Harga Kompetitif
   Dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan produk lokal, brand-brand seperti Skintific dan Bioaqua menarik perhatian konsumen Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena biaya produksi di China lebih murah akibat skala ekonomi yang besar dan efisiensi manufaktur.  
   
2. Strategi Pemasaran Agresif
   Brand China memanfaatkan media sosial dan e-commerce untuk menjangkau konsumen Indonesia secara masif. Mereka menggandeng influencer lokal dan internasional untuk mempromosikan produk mereka, menciptakan citra premium dengan harga terjangkau.

3. Kemudahan Akses
   Produk-produk dari brand China mudah ditemukan di berbagai platform e-commerce seperti Shopee, Lazada, hingga Tokopedia. Bahkan di toko offline, distribusi mereka sangat merata, menjangkau hingga kota-kota kecil di Indonesia.

4. Kurangnya Proteksi untuk Brand Lokal
   Indonesia belum memiliki kebijakan proteksi yang cukup kuat untuk melindungi industri lokal dari serbuan produk impor murah. Akibatnya, brand lokal kesulitan bersaing, baik dari segi harga maupun volume produksi.

Dampak Ekonomi Dominasi Produk Asing
Dominasi brand China ini berdampak luas, tidak hanya pada industri kecantikan, tetapi juga pada ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak utama:  

1. Penutupan Brand Lokal  
   Ketatnya persaingan dengan brand China membuat banyak brand lokal tutup, seperti Innertrue, Noolab, Syca, Runa, dan Beat Beauty. Penutupan ini tidak hanya merugikan pemilik usaha tetapi juga menghilangkan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja lokal di sektor distribusi, produksi, hingga pemasaran.  

2. Defisit Neraca Perdagangan
   Sebagian besar produk kecantikan dari brand China diproduksi di luar negeri. Hal ini menyebabkan aliran uang dari Indonesia ke negara asal produk tersebut, memperburuk defisit neraca perdagangan dan melemahkan nilai tukar rupiah. Pada tahun 2022, impor kosmetik Indonesia mencapai lebih dari Rp10 triliun, sebagian besar berasal dari China, Korea Selatan, dan Jepang.

3. Berkurangnya Lapangan Kerja Lokal
   Dengan meningkatnya ketergantungan pada produk impor, tenaga kerja lokal di sektor kecantikan semakin kehilangan peran. Hal ini berdampak langsung pada berkurangnya pendapatan keluarga-keluarga yang menggantungkan hidupnya pada industri ini.

4. Ketergantungan Ekonomi
   Ketergantungan pada produk luar negeri membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga internasional dan kebijakan perdagangan negara produsen. Dalam jangka panjang, ini dapat melemahkan kemandirian ekonomi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun