Judul Lengkapnya: Rancang Bangun Tungku Bata Api untuk Meningkatkan Produksi UKM Gula Kelapa di Desa Purworejo Pesawaran Lampung
Desa Purworejo berlokasi di kecamatan Negerikaton kabupaten Pesawaran propinsi Lampung yang berjarak 28 km dari Universitas Lampung, dan sejauh  5 km dari Gedong Tataan (ibukota Kabupaten).Â
Desa Purworejo memiliki luas daerah sekitar 375 ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 3.154 jiwa dan 911 kepala keluarga. Di Desa Purworejo banyak tumbuh tanaman kelapa hibrida.Â
Nira kelapa yang berasal dari tandan buah kelapa hibrida ini dimanfaatkan oleh masyarakat desa Purworejo untuk dijadikan gula merah (gula kelapa) melalui pemasakan. Di desa Purworejo saat ini terdapat sekitar 25 industri rumah tangga yang memproduksi Gula Kelapa, dengan skala produksi yang bervariasi.
Proses pemasakan nira kelapa sebanyak 105 hingga 160 liter membutuhkan waktu sekitar 4 hingga 5 jam yang menghasilkan gula kelapa sebanyak 18 hingga 28 kg. Saat ini, proses pemasakan nira kelapa masih menggunakan tungku konvensional dari bata merah dengan bahan bakar biomassa seperti kayu karet.Â
Kayu karet biasanya dibeli oleh petani dengan harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, sebagian besar UKM Gula kelapa ini  mencari bahan bakar biomassa lain untuk digunakan sebagai bahan bakar tambahan, yaitu menggunakan sampah-sampah pertanian/ perladangan, seperti ranting kayu, batang bambu, dan sekam padi dalam bentuk aslinya.
Masalah lain yang tidak kalah penting adalah tungku konvensional yang cepat retak-retak dan pecah-pecah (sehingga banyak panas pembakaran yang hilang). Hal ini mengakibatkan borosnya konsumsi kayu bakar, waktu masak lebih lama, kondisi udara di sekitar tungku yang cukup panas saat memasak, dan polusi udara serta kurang bersihnya lingkungan di sekitar area kerja. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Tungku Konvensional, Retak dan Pecah, Tidak Memiliki Saluran Udara masuk dan Gas Buang yang Layak
Hal ini semua terjadi karena dangkalnya keilmuan masyarakat pembuat gula kelapa akan pembuatan tungku pemasakan yang baik, yang memberikan proses pembakaran yang optimal.Â
Oleh karena itu, pengenalan teknologi pembuatan tungku pemasakan yang efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan dirasa sangat perlu diberikan kepada Masyarakat Pembuat Gula Kelapa masyarakat Desa Purworejo ini. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan penghasilan masyarakat Pembuat Gula Kelapa tersebut.
Dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung, yakni Herry Wardono, Mohammad Badaruddin, dan Simparmin Br Ginting, masuk ke desa Purworejo untuk melatih masyarakat mencarikan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tungku masak gula kelapa ini, yaitu memberikan penyuluhan terkait proses pembakaran dan konstruksi tungku masak yang baik, mengganti bahan utama tungku dari bata merah menjadi bata api SK32, rancang bangun tungku masak yang memiliki saluran udara masuk dan saluran gas buang yang baik, juga celah di dinding tungku sebagai heat losses isolator.
Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan dana dari Kemenristekdikti melalui skim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) tahun 2018. Pembuatan tungku bata api SK32 ini pada intinya memerlukan keahlian khusus, karena tidak memerlukan semen untuk menyambungkan antar bata api ini.Â
Namun, dengan memberikan pelatihan kepada masyarakat, akhirnya masyarakatpun mampu melakukan penyambungan antar bata api ini. Sehingga, dari awal hingga akhir, pembuatan tungku bata api ini dilaksanakan bersama masyarakat pembuat gula kelapa, bahkan sebagian besar masyarakat ini yang melaksanakan pembuatan tungku bata api ini dengan dipantau oleh Tim Pelaksana PKM Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Tungku bata api SK32 yang dirancang memiliki 2 ruang bakar, yaitu ruang bakar utama dan ruang bakar sekunder. Kayu bakar hanya diletakkan pada ruang bakar utama. Jadi, pembakaran kayu bakar hanya berlangsung di dalam ruang bakar utama, untuk memanaskan nira kelapa pada wajan pertama.Â
Selanjutnya panas pembakaran diarahkan mengalir ke ruang bakar sekunder, untuk memanaskan nira kelapa yang ada di wajan kedua, dan panas sisa dibuang ke udara atmosfir melalui saluran cerobong. Pada rancang bangun diupayakan temperatur nira kelapa di wajan pertama sedikit lebih tinggi dari pada nira kelapa di wajan kedua. Â
Tungku Bata Api SK32 mampu menghemat konsumsi kayu bakar lebih tinggi dibanding tungku konvensional yaitu sebesar 20% hingga 23,08%, dan waktu masak produksi gula kelapa juga menjadi lebih singkat sebesar 11,17% hingga 37,04%.Â
Keunggulan lain dari tungku bata api SK32 ini adalah tungku sangat kokoh, kondisi udara di sekitar area tungku masak menjadi lebih nyaman, tidak panas dan lebih rendah polusi, serta lingkungan kerja menjadi lebih bersih dan sehat.
Dari hasil ini, terlihat jelas produksi gula kelapa menjadi meningkat karena waktu masak yang lebih cepat, demikian pula halnya dengan pendapatan UKM gula kelapa ini menjadi meningkat karena konsumsi bahan bakar yang hemat dan produksi gula kelapa yang meningkat. Bahkan pendapatan UKM gula kelapa ini masih dapat ditingkatkan melalui diversifikasi produk gula kelapa menjadi Gula Semut dan jahe merah bubuk.Â
Hal ini disebabkan oleh tungku bata api SK32 akan jauh lebih efektif dan efisien untuk penggunaan kapasitas produksi yang lebih besar dan kontinyu.
Penulis: Tim Pelaksana PKM Fakultas Teknik Universitas Lampung (Wardono, H., dkk)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H