[caption id="attachment_309921" align="aligncenter" width="317" caption="Sumber : forum.kompas.com"][/caption]
Jika Jokowi punya Gibran Rakabuming, maka Prabowo punya Didit Hediprasetyo. Dan jika Gibran berkiprah dibisnis kuliner, maka Didit berkiprah di dunia Fashion. Dan keduanya adalah anak muda yang saya kagumi. Putra dari dua tokoh nasional yang tidak serta-merta memanfaatkan fasilitas ketokohan orang tuanya demi kesuksesan hidup.
Saya membaca tentang putra tunggal Prabowo-Titik Suharto, secara tidak sengaja di http://forum.kompas.com/internasional/330474-didit-hediprasetyo-putra-prabowo-yang-terkenal-di-luar-negri-dan-mendunia.html Sebelumnya saya tidak begitu tertarik. Tetapi setelah saya baca selintas profilnya, barulah saya tertarik membaca perjalanannya di dunia fashion. Setelah membaca, walaupun sedikit, kiprahnya di dunia fashion, barulah saya tahu kalau Didit Hediprasetyo punya bakat yang kuat di dunia fashion.
Setelah itu saya membaca artikel Mbak Ester Lima yang menurut saya sangat bagus dan menarik dalam http://sosok.kompasiana.com/2014/03/29/prestasi-putra-prabowo-subianto-mendunia-643075.html yang akhirnya menambah pengetahuan saya akan hasil-hasil rancangan Didit. Hanya saja, setelah saya membaca komentar-komentar dari teman-teman Kompasianer yang cenderung secara implisit mengolok-olok/melecehkan prestasi dan dunia fashion yang digeluti oleh Didit, terus-terang, saya menjadi sedih. Karena ternyata, mereka yang selama ini sering berteriak-teriak seakan-akan anti pelecehan, ternyata melakukan hal yang tidak berbeda.
Bagaimana dalam komen-komen dalam artikel Mbak Ester, kebanyakan secara implisit, kalau saya nilai, memberi komen seakan Didit adalah “aib” dari Prabowo. Bahkan ada teman Kompasianer yang berkomentar, walaupun tidak terus-terang, bahwa Didit adalah “produk gagal” dari Tuhan. Sungguh miris membaca komen-komen tersebut.
Saya justru melihat Didit adalah sosok yang kokoh dan kuat. Di saat banyak statemen dari orang-orang yang anti Jokowi, karena penampilannya yang lemah-lembut, yang akhirnya dikonotasikan sebagai kelemahan dan ketidak-tegasan, banyak teman-teman yang berteriak menentang karena penampilan tidaklah serta-merta mencerminkan karakter seseorang. Tapi mengapa, pada seorang bernama Didit Hediprasetyo, teman-teman justru memberi stigma yang sebelumnya ditentang? Benar-benar standar ganda yang menyedihkan. Mengapa saya justru menilai sosok Didit mempunyai karakter yang kuat? Karena disaat dimasyarakat berlaku stigma bahwa keluarga cendana dan kroninya hanya bisa sukses karena korupsi, kolusi, nepotisme, memo, dan monopoli, ternyata Didit menyimpang dari “pakem” tersebut.
Dengan bakat dan prestasinya, Didit bisa menembus Paris, barometer fashion dunia. Jangan dianggap dunia fashion adalah dunia “cengeng dan lembek”. Persaingan sangat keras dan ketat di dunia ini. Dimana bakat dan hasil rancangan yang bisa nenjadi trend-setter adalah faktor penting agar bisa survive dan jadi pemenang di dunia ini. Apalagi di dunia fashion Eropa, faktor keluarga dan kroni tidak akan memberi jaminan apa-apa. Didit mempunyai bakat dan ketrampilan yang jarang dipunyai orang lain. Bahkan di Paris Fashion Week, dia adalah satu-satunya orang Indonesia yang mampu bersaing dengan nama-nama besar seperti Dior, Armani, Versace, dan Gaultier. Didit punya bakat yang langka, dan jelas dia punya karakter yang jauh lebih kuat dibandingkan saudara-saudaranya penyandang trah Suharto yang umumnya hanya bisa meraih sukses karena fasilitas. Bahkan, Didit mungkin lebih kuat karakternya dibandingkan kebanyakan dari kita yang selama ini selalu berteriak-teriak anti kolusi dan nepotisme. Penampilan sering menipu, dan karena itulah marilah kita menilai seseorang secara menyeluruh, bukan hanya sekedar yang tampak dimata saja.
Nah, bagi saya Didit bukanlah “aib” bagi Prabowo. Justru menurut saya Prabowo-lah yang akan menjadi “beban” Didit dalam berkiprah di Eropa. Karena masyarakat Eropa sangat sensitif terhadap isu HAM, saya bisa merasakan bagaimana bingungnya Didit nanti kalau ada mass media disana yang menanyakan tentang masa lalu bapaknya.
Salam Kompasianer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H