Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inikah yang Paling Sulit Dilakukan di Era Modern?

13 September 2023   17:03 Diperbarui: 13 September 2023   17:13 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesibukan. Kata satu ini sangat lekat di aktivitas sehari-hari masyarakat modern. Bahkan, moto "kerja, kerja, kerja" juga mencerminkan betapa mahalnya aktivitas tanpa kegiatan apa pun. Harus ada pekerjaan. Harus ada tindakan. Harus ada kesibukan. Orang pun akan memiliki kebanggaan tersendiri ketika ia merasa sibuk. Apalagi, supersibuk! "Maaf ya, jangan sekarang ketemunya, aku lagi banyak kerjaan." Itu salah satu ungkapan yang tak asing di era modern.

Kerja, kesibukan, tindakan yang setiap hari kita lakukan memang merupakan anugerah yang perlu dimaknai dan disyukuri. Hidup tanpa kerja adalah hampa. Hidup tanpa aktivitas bagaikan kita makan nasi tanpa garam dan lauk-pauk. 

Semua harus bergerak karena pergerakan itulah yang menyimbolkan pula ada kehidupan, kedinamisan, dan membuat kita dihargai. Jika kita tanpa pergerakan, tanpa aktivitas, maka kita menjadi mudah disisihkan, dicap sebagai penganggur, dan dianggap tidak berguna.

Menjadi kelaziman, hal yang umum, lumrah, ketika tempat-tempat umum penyedia transportasi massal dipadati para pekerja yang hendak pergi dan pulang kerja. Stasiun di sekitar Jabodetabek, misalnya, sangat padat calon penumpang commuter line. Ini membuktikan bahwa kesibukan, pergerakan, kedinamisan hidup dan aktivitas tak dapat dilepaskan dari era modern.

Begitu mudahnya banyak orang melakukan pergerakan, yang menandakan bahwa mereka punya aktivitas. Pada akhirnya, ada satu hal yang sangat sulit dilakukan di era modern penuh persaingan ini, yakni DIAM. Terus bekerja, terus bergerak, terus berusaha melakukan yang terbaik, maka menjadi begitu khawatir ketika harus diam. 

Pada momen-momen tertentu diam sebenarnya sangat dibutuhkan. Ketika terus-menerus bergerak, apalagi dalam rutinitas yang luar biasa padat, tubuh pun akan roboh. Pikiran akan penuh sesak. Hati juga menjadi lelah dan pada akhirnya efek buruk bisa terjadi, seperti stres, depresi, frustrasi, atau penyakit mental lainnya. 

Belum lagi dengan perangkat teknologi yang terus-menerus digunakan dapat berpotensi mengalami kerusakan yang bisa membuat tambahan anggaran untuk perawatan dan perbaikan.

Pekerjaan, aktivitas padat yang dilakukan, sering kali juga mencerminkan kekhawatiran terhadap kegagalan; merefleksikan ketakutan akan tidak bisa hidup jika tanpa kerja. Inilah yang juga memancing para individu untuk terus bergerak dan tidak mau diam sejenak, misalnya untuk evaluasi atau refleksi diri. 

Apalagi ketika mengalami masalah besar dalam penggalan kehidupan, misalnya terganggunya kehidupan finansial, maka setiap hari harus terus bekerja, bergerak, untuk mencukupi kebutuhan. 

Diam pun menjadi aktivitas paling sulit dilakukan!

Diam seakan menjadi hambatan untuk memperbaiki diri. Padahal, dalam diam, sering kali muncul inspirasi baru untuk memecahkan persoalan hidup. Dalam diam sejenak, kadang Tuhan pun hadir, memberikan pencerahan dan jalan keluar untuk setiap kesulitan mahaberat yang tak dapat dipecahkan sendirian. Dalam diam, sering kali tangan Tuhan menyentuh hati dan menenangkan orang-orang yang membutuhkan kedamaian di sela-sela hiruk-pikuk aktivitas dan pekerjaan.

Diam sejenak, rileks, nikmati kopi pagi maupun sore, mendengarkan lagu kesukaan atau sekadar ngobrol ke sana kemari tak ada salahnya dilakukan, alih-alih merasa sebagai manusia supersibuk, yang sangat bangga dengan segudang aktivitas yang sangat berat. Sesekali nulis curhat juga bagian dari diam itu; yang rasanya memang paling sulit dilakukan di era modern saat ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun