Bagi saya, puisi adalah karangan yang istimewa karena merupakan bagian dari sastra. Berbeda halnya dengan bentuk karangan yang saya tulis, seperti artikel ini, bukanlah karya sastra. Karya sastra merupakan karangan yang tidak bisa ditulis sekali jadi atau dibaca sepintas atau sambil lalu. Â Dibutuhkan, lagi-lagi, suasana batin bagi penulis maupun pembacanya agar apa yang disampaikan melalui karya tersebut dapat dipahami.
Sastra atau kesusastraan juga tak bisa lepas dari kearifan, nilai-nilai kemanusiaan, dan sisi-sisi religi yang membawa efek perenungan tentang banyak nilai kehidupan. Puisi bisa hadir dalam suasana seperti itu dan menjadi karya yang istimewa.
Maka, berbahagialah yang dapat menulis puisi. Tak harus menjadi sastrawan, karena menulis puisi merupakan hak setiap orang. Perhatikan saja poin 2 ini sebagai bekal dalam menulis baris demi baris puisi, agar kita dapat menuangkan pemikiran dan rasa dalam bentuk puisi, yang benar-benar sebagai puisi yang istimewa.
3. Puisi menjadi istimewa karena bentuknya yang beda!
Saya menulis artikel ini tak perlu memperhatikan bentuknya. Saya susun saja menjadi paragraf demi paragraf dengan aliran kalimat yang terus-menerus. Bentuknya ya seperti kotak besar, atau bisa dibilang tak berbentuk. Itu karena saya memang tidak perlu memikirkan bentuknya, yang penting susunan paragrafnya benar.
Beda dengan puisi! Ada bentuk khusus, istimewa, yang membuatnya lain dengan jenis karangan seperti yang saya tulis ini. Bahasa keilmuannya, puisi punya struktur fisik yang merupakan ciri khasnya. Struktur fisik ini menyatu dengan struktur batin yang membuatnya semakin istimewa.
Jika kita memang benar-benar ingin menulis puisi dan menghargainya sebagai karangan istimewa, jangan abaikan bentuknya. Buatlah baris demi baris yang benar, tidak seperti kita membuat paragraf dalam karangan prosa. Lakukan juga pemenggalan kata yang benar, hingga pembaca dapat lebih menikmati puisi yang kita tulis.
Meski puisi modern tidak dibatasi jumlah kata tiap baris, seperti halnya pada puisi lama semisal pantun atau syair, namun sebaiknya penulis tidak asal berpanjang-panjang kata. Tidak juga asal mengalirkan kalimat demi kalimat seperti bentuk paragraf dalam prosa atau artikel kekinian.
Menghargai puisi dari segi struktur fisik (bentuk) dan struktur batin, bagi saya menjadi tanggung jawab penulisnya. Mencoba membuat sebuah puisi itu indah dari sisi bentuk yang dapat dilihat dan dari sisi isi atau kebatinan yang membawa efek perenungan juga merupakan hal yang tak bisa diabaikan penulis atau penyairnya.
Jika itu bisa dipenuhi maka bukan saja puisi yang istimewa. Penulisnya pun menjadi istimewa karena bisa lebih mengolah rasa, kecerdasan, dan pendalaman karya yang tak setiap orang dapat melakukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H