Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bekali 4 Hal Ini agar Anak Sukses di Masa Depan

30 Oktober 2020   14:55 Diperbarui: 30 Oktober 2020   15:03 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu sore, beberapa hari lalu, saya mengetik naskah di meja belajar anak saya. Di samping laptop masih bertumpuk kertas-kertas tugas kuliah yang belum dirapikan. Salah satu kertas HVS putih itu bertuliskan "Praktikum Kimia Dasar 1".


Sejenak saya terdiam, terharu, karena tidak menyangka anak saya bisa kuliah. Bahkan, bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes, mengambil Jurusan Fisika, Fakultas MIPA. Sebuah ilmu yang akan digeluti anak saya dan sangat jauh dari minat dan kemampuan otak saya.


Beberapa waktu sebelumnya saya ragu apakah saya bisa memberikan bekal pendidikan setinggi mungkin, termasuk sampai jenjang perguruan tinggi. Saya yakin inilah yang dimaksud dengan ungkapan, "Setiap anak punya rezekinya masing-masing." Jika memang sudah rezekinya berarti memang anak saya bisa kuliah.


Saya pun teringat kata-kata salah satu motivator, beberapa tahun silam, ketika saya mengikuti sebuah sesi pertemuan penulis; dan di dalamnya ada satu acara talkshow yang menghadirkan seorang motivator. Kata-kata tersebut kira-kira begini bunyinya: "Bapak dan Ibu jangan ragu untuk membekali anak dengan pendidikan setinggi mungkin. Jangan takut tidak punya biaya. Setiap anak punya rezekinya masing-masing."


Beberapa paragraf pembuka di atas akan saya alirkan untuk menuliskan artikel pendek ini, tentang apa saja sih bekal terbaik untuk anak agar sukses di masa depan? Setidaknya ini yang dapat saya tuliskan, tentu dari sudut pandang pribadi saya.


1. Kasih sayang yang tak ada batasnya


Orang tua mana yang tidak menyayangi anak-anaknya? Sebagai orang tua, Anda tentu memberikan kasih sayang, cinta kasih, dan perhatian tulus kepada anak setiap hari. Demikian pun saya. Memberikan kasih sayang yang tak ada batasnya kepada anak merupakan kebahagiaan tersendiri, tak mungkin dapat disampaikan semuanya lewat kata-kata.


Sebuah film, judulnya Wonder, baru saya tonton Jumat (20/10) pagi ini. Film ini mengisahkan anak laki-laki yang mengalami kelainan pada wajahnya sejak lahir. Wajah yang tak menarik dan kemudian mendapatkan banyak hinaan, ejekan, atau perundungan (bully) dari teman-teman sekolahnya. Namun, ayah bundanya, yang diperankan Julia Roberts dan Owen Wilson, memberikan kasih sayang tanpa batas. Pada akhirnya sang anak yang sering di-bully bisa meraih kesuksesan, menjadi anak hebat dan menginspirasi di sekolahnya.


Kasih sayang tak ada batas itulah yang harus tertanam dalam diri saya agar anak-anak dapat merasakan cinta kasih dalam hidupnya. Cinta kasih inilah yang akan menginspirasi dan menjadi bekal anak-anak sehingga mereka dapat menuntut ilmu dengan lebih menyenangkan. Sukses di masa depan pun akan lebih mudah diraih jika anak-anak mendapatkan cinta terhebat dari ayah bundanya.


2. Bekali ilmu dengan cara yang menyenangkan


Beberapa hari lalu saya beres-beres ruang keluarga. Saya tempatkan meja kerja yang sekaligus dapat digunakan sebagai meja belajar di sudut ruang. Itu saya maksudkan, jika anak bosan belajar di kamarnya, meja kerja di ruang keluarga bisa menjadi pilihan untuk menghilangkan rasa jenuh.


Tak hanya meja kerja yang jadi perhatian saya. Beberapa buku yang sudah tidak saya baca dan menumpuk di lemari, saya buang. Kertas-kertas yang tidak perlu juga saya buang. Termasuk, buku dan kertas anak-anak saya, yang sudah tidak berguna dan hanya membikin ruangan penuh, saya kumpulkan dan pada akhirnya saya buang. Cara ini saya lakukan untuk membuat ruangan menjadi lebih fresh dan punya sudut pandang baru, terutama agar anak-anak dapat belajar di rumah dengan lebih nyaman dan menyenangkan.


Jika sudah merasakan kenyamanan maka proses belajar di rumah akan bisa terlaksana dengan lebih baik. Penyerapan ilmu-ilmu baru pun akan lebih mudah dilakukan anak-anak dan mereka mendapat bekal wawasan maupun pengetahuan yang berguna di masa kini dan masa depan.


Proses belajar atau kuliah daring di rumah tidak akan dapat dirasakan anak dengan lebih enjoy jika ruang untuk menyerap ilmu-ilmu baru tak sedap dipandang. Atau, ruang untuk belajarnya hanya secuil dan sebagian besar hanya dipenuhi barang-barang yang tak bermanfaat. Setidaknya, buatlah rumah menjadi lebih nyaman untuk anak-anak selama pandemi Covid-19 ini agar bekal ilmu untuk masa depan tetap dimiliki anak-anak.


3. Biasakan anak peduli terhadap lingkungan sekitarnya


Selama proses beres-beres ruang keluarga dan membuatnya menjadi beda dibanding sebelumnya, saya sambil membaca buku. Judulnya Suteru! Gijutsu karya Nagisa Tatsumi. Buku tersebut sudah selesai saya baca, setidaknya menginspirasi saya dalam membereskan salah satu ruang di rumah saya.


Dalam bahasa Jepang, suteru berarti membuang dan gijutsu (seni), dimaknai sebagai seni membuang barang. Selaras dengan isi buku tersebut, saya membuang barang-barang yang tak perlu agar rumah bisa lebih terlihat rapi, dan anak-anak mendapatkan nuansa baru yang lebih indah dan tidak membosankan.


Selama proses beres-beres tersebut, saya bertanya kepada anak, buku atau kertas mana saja yang bisa dibuang, agar tempat bisa lebih terasa lapang. Anak saya pun lalu memilah-milah mana barang yang bisa dibuang dan mana yang belum. Proses ini bisa membiasakan anak memiliki kepedulian terhadap apa yang dimilikinya, termasuk harus merelakan seandainya buku, kertas, hingga baju harus dibuang atau diberikan kepada orang lain.


Membekali anak sikap peduli tidak hanya sebatas untuk barang-barang saja. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar, seperti peduli terhadap kepentingan orang lain dimulai dari dalam keluarga sendiri akan penting artinya untuk anak-anak di masa depan. Kelak ketika dewasa dan mulai hidup mandiri maka anak mudah beradaptasi dalam pekerjaan dan mudah pula bekerja sama dengan orang lain, meraih sukses untuk diri sendiri dan sesamanya.


4. Bekali mental yang kuat sedari kecil


Film Wonder yang saya sebutkan di atas juga mengisahkan bagaimana orang tua membekali mental yang kuat kepada anak. Mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sekolahnya merupakan tantangan yang berat dan harus diatasi. Sang anak yang semula rapuh dan tak yakin bisa mengatasinya, berkat ayah bundanya yang memberikan dukungan luar biasa, maka pengalaman buruk tersebut bisa ditaklukkan.


Anak pun kemudian memiliki mental yang kuat, tahan banting, ketika harus menghadapi persoalan. Membekali mental yang kuat sedari kecil seperti di dalam film itulah yang juga saya sadari sangat penting untuk anak-anak saya. Jangan mudah menyerah ketika ujian sekolah terasa sulit, belajar lebih giat jika mendapatkan nilai tak memuaskan, dan jangan menyontek, merupakan beberapa cara yang saya terapkan agar mental anak saya terbentuk. Jika sedang mengalami kegagalan, jangan berputus asa. Jika sedang merasakan keberhasilan janganlah takabur. Itu juga merupakan salah satu cara membekali anak dengan mental yang kuat, sekuat batu karang yang tak mudah diempas gelombang.


Keempat bekal di atas saya harapkan bisa membuat anak-anak saya sukses di masa depan. Tidak hanya sukses dalam studi yang mengandalkan kecerdasan otak, tapi juga sukses dalam kehidupan yang lebih luas, yang membutuhkan kecerdasan emosi, termasuk kecerdasan mental, agar anak dapat merespons setiap pengalaman hidupnya dengan baik dan rendah hati.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun