Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Bahasa Ngeblog" Merusak Bahasa Indonesia? Jangan Lebay Ah!

7 Oktober 2020   22:32 Diperbarui: 7 Oktober 2020   22:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa ngeblog memang punya ciri khas dan bagi saya menjadi satu ragam bahasa di tengah-tengah banyak ragam bahasa lainnya. Pilihan katanya pun bebas merdeka untuk masing-masing blogger, dan tidak ada proses penyuntingan yang ketat. Sangat sulit kita memaksa bahasa ngeblog ini diseragamkan agar tulisannya sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.

Jika saya selesai bikin tulisan di blog maka saya pun bisa langsung menayangkannya; tak perlu ada editor bahasa. Blog pribadi yang tanpa penyuntingan ini jumlahnya tak terhingga, dan bahasanya pun gado-gado.

Ada yang suka ngeblog, tapi tidak paham cara penulisan yang benar. Ada yang suka ngeblog, paham kaidah bahasa baku, tapi tidak menerapkannya. Begitu seterusnya. Namun, saya tidak khawatir bahasa Indonesia akan rusak dengan banyak blog yang memilih kata suka-suka.

Mengapa demikian? Contohnya saya. Meski memilih kata yang lebih rileks, misalnya "bikin" dibandingkan "membuat", tapi pada situasi tertentu saya tetap mengindahkan kaidah yang benar. Bukan di ruang blog dan di waktu yang santai, tapi di ruang resmi lainnya, seperti dunia perbukuan atau dunia penyuntingan naskah untuk pendidikan.

Tak perlu khawatirlah jika banyak orang ngeblog dengan penggunaan bahasa yang tidak tepat lalu dibilang "memerkosa" atau merusak bahasa Indonesia. Saya yakin para blogger hanya ingin memerdekakan dirinya pada suatu momen, hanya ingin sejenak menghibur dirinya di tengah-tengah kepenatan. Pada momen berikutnya, para blogger pun tetap menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Aspek keseimbangan hidup juga menjadi penentunya. Menulis adalah terapi jiwa juga menjadi latar belakangnya. Ketika menulis di blog dengan bahasa yang santai, bahkan mungkin diselingi banyak salah ketik, itu sebenarnya salah satu wujud para penulisnya ingin meringankan beban jiwanya. Penulis ingin mengungkapkan ekspresinya dengan bahasa ngeblog yang diproduksi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dalam berbahasa.

Apakah tulisan saya ini tingkat keterbacaannya tinggi? Atau Anda masih kebingungan mencernanya? Nah, di sinilah sebenarnya saya mencontohkan sekilas, bahwa bahasa ngeblog itu ada yang mudah dipahami, ada pula yang sulit. Tapi itulah dunia blog, tidak bisa diseragamkan sekehendak kita sendiri.

Bebaskan ekspresimu dengan ngeblog! Itu jauh lebih indah dan bermakna daripada kita sering khawatir bahasa Indonesia akan rusak. Saya yakin, bahasa yang kita cintai ini akan baik-baik saja.


Selamat menulis!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun