Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Anjay, Mawas Diri Dong!

5 September 2020   01:34 Diperbarui: 5 September 2020   02:03 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika menuliskan pendapat tentang makna suatu kata, saya jadi teringat masa-masa kuliah. Empat tahun menimba ilmu di Fakultas Sastra, UGM jurusan Linguistik, keseharian dulu tak bisa lepas dari telaah bahasa, termasuk tentang makna suatu kata. 

Bahkan, setelah lulus kuliah, pekerjaan saya pun tak bisa dilepaskan dari bahan matengnya, yaitu bahasa. Itu karena saya pernah bekerja di beberapa kantor penerbitan, sebagai editor bahasa.

Hampir tiap hari, bersama teman-teman editor lainnya, waktu itu membahas kata apa saja yang kami pakai agar ada keseragaman, konsistensi; termasuk juga kata apa yang sebaiknya dihindari, atau yang wajib digunakan dalam naskah baik itu untuk artikel maupun naskah berita. 

Sekarang pun, sebagai penulis yang berlatar ilmu bahasa, tak jarang saya mengikuti perkembangan bahasa yang digunakan di masa kekinian.

Termasuk bahasa gaul, yang banyak dipakai generasi milenial, untuk mengekspresikan diri dalam beragam situasi. Ada beberapa kata gaul yang bisa saya sebutkan, seperti gabut, mager, dan yang sekarang lagi naik daun, anjay. 

Perkembangan pemakaian kata, yang di dalamnya ada kata gaul atau slengean, tidak bisa terhindarkan. Bahkan, akan mudah ditangkap maknanya oleh komunitas-komunitas tertentu, semisal komunitas remaja atau anak muda, karena artinya yang pas dengan dunia mereka.

Jika suatu kata menimbulkan banyak makna maka akan muncul perdebatan atau diskusi. Ada yang pro, ada yang kontra. Ada yang asyik-asyik aja menggunakan suatu kata, misalnya anjay, ada pula yang merasa tak nyaman memakainya. Tak heran itu terjadi, karena lahirnya suatu kata tidak berada di ruang hampa atau kosong.

Anjay, seperti sudah banyak yang membahasnya, memiliki banyak makna. Perbedaan makna tersebut dipengaruhi oleh banyak hal, seperti untuk guyonan, untuk mengekspresikan kekagetan, kekesalan, bahkan untuk mengungkapkan rasa kagum kepada seseorang. Anjay juga bisa digunakan untuk tujuan tak sedap, tak mengenakkan, yang berujung pada ujaran kebencian.

Dosen pembimbing skripsi saya waktu itu, Dr. Suhandono, pun ikut menjelaskan makna anjay yang sedang viral. Saya membaca pendapat Pak Suhandono di Kompas.com. Hal yang menarik dari penjelasannya, bahwa makna kata adalah apa yang ada dalam pikiran ketika mendengar atau membaca suatu kata. Karena makna ada dalam pikiran. Makna kata yang sama juga bisa berbeda antara orang satu dengan orang yang lain, tergantung pada pengalamannya. Tak terkecuali pada kata "anjay". (Kompas.com, 02/09/2020)  

Saya tuliskan juga perkataan Lao Tzu di sini sekadar untuk menambah inspirasi. Filsuf terpopuler dari Tiongkok Kuno ini mengatakan, "Perhatikan pikiran Anda, itu akan menjadi kata-kata Anda. Perhatikan kata-kata Anda, itu akan menjadi tindakan Anda. Perhatikan tindakan Anda, itu akan menjadi perilaku Anda. Perhatikan perilaku Anda, itu akan menjadi karakter Anda. Perhatikan karakter Anda, itu akan menjadi takdir Anda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun