Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ini 3 Hal Penting "Selera Bahasa" dalam Menulis

31 Agustus 2020   01:37 Diperbarui: 31 Agustus 2020   01:48 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada juga yang bertujuan agar punya identitas diri dengan menulis. Nah, salah satu cara agar punya identitas itulah bisa melalui pemanfaatan selera bahasa yang kita punya.

Orang lain atau pembaca tulisan kita akan lebih cepat mengenal apa yang kita tulis, atau siapa diri kita, jika kita punya selera bahasa yang khas. Entah itu dengan selera meledak-ledak atau dengan bahasa yang lebih luwes dan kalem, di situlah kita mematok identitas diri. Para pembaca juga akan lebih mudah menghargai diri kita jika kita punya selera bahasa yang khas, mudah diingat, apalagi mudah memikat hati.

3. Lebih mudah mengembangkan diri
Selera bahasa juga penting untuk membantu saya mengembangkan diri. Caranya simpel. Karena saya sudah tahu selera bahasa yang melekat dalam diri saya maka saya juga akan selektif dalam mengunyah beragam bacaan yang tersaji setiap hari. 

Jika tidak sesuai dengan hati dan pikiran saya, apalagi selera bahasa yang dimiliki penulis beda jauh dengan selera saya, maka saya membatasi diri untuk mengakses tulisan-tulisannya.

Itu karena waktu dan kesempatan yang saya punya untuk berkarya sangatlah terbatas. Saya harus bisa memilih dan memilah beragam bahan atau inspirasi, termasuk lewat bacaan yang banyak ditayangkan setiap hari.

Tanpa bisa menyaring dengan baik banyak hal yang masuk ke dalam hati dan pikiran maka saya akan mudah ikut arus, tanpa pernah tahu tujuan utama saya menulis atau berkarya.

Lewat selera bahasalah saya bisa menyaring, bisa lebih cerdas memilih lalu mendapatkan beragam ilmu secara positif dari para penulis lain. 

Jika tidak bisa berkembang maka saya hanya akan menjadi penulis yang asal nulis, nulis, dan nulis, tanpa pernah merasa nyaman dalam berkarya, tanpa pernah tahu identitas diri yang sebenarnya, dan pada akhirnya tidak bisa berkembang.

Itu saja sih yang ingin saya tuliskan di waktu menunggu pagi, semoga menginspirasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun