Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebakaran Gedung Kejaksaan Agung, Anggap Saja Konspirasi

23 Agustus 2020   11:47 Diperbarui: 23 Agustus 2020   11:52 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menonton dari layar televisi, api yang dengan ganas dan kejam melalap Gedung Kejaksaan Agung, hati saya sedih. Pikiran saya juga langsung "bekerja", menduga-duga, ini ada kaitannya dengan kasus kelas kakap yang akhir-akhir menghiasi berita-berita media massa, juga media sosial (medsos). Apalagi, kasus besar itu juga melibatkan oknum Kejaksaan dan Kepolisian.

Pikiran buruk saya tak bisa dilepaskan dari keterkaitan kebakaran tersebut dengan kasus yang sedang ditangani Kejaksaan Agung. Saya juga yakin banyak orang akan mengaitkannya dengan hal tersebut, bahkan banyak pihak pula yang menyeretnya ke ranah politik.

Kebakaran suatu tempat memang bisa disebabkan banyak hal. Apa pun sebabnya, kebakaran merupakan peristiwa yang sangat menakutkan atau setidaknya, mengkhawatirkan. 

Beberapa tahun lalu, rumah tetangga saya, hanya beda gang dari rumah saya, mengalami kebakaran. Penyebabnya, terjadinya gangguan arus listrik pada mesin cuci yang diletakkan di depan kamar mandi. 

Api membesar dan hampir melalap habis isi rumah. Tetangga saya yang rumahnya berdempetan dengan rumah yang terbakar, saking khawatir atau takutnya, lalu memarahi tetangga saya yang sedang dirundung duka karena kebakaran yang tidak dikehendakinya.

Jauh sebelum itu, bahkan peristiwanya sudah sangat lama, sebelum krisis moneter 1998, saya bekerja di sebuah perusahaan penerbitan. Selain menerbitkan buku, kantor tempat saya bekerja tersebut punya gedung percetakan sendiri, letaknya tidak jauh dari gedung tempat saya bekerja. Para karyawan, termasuk saya, dibuat kaget karena gedung percetakannya terbakar.

Api sangat besar. Kebetulan gedung percetakan yang terbakar tersebut juga berada tak jauh dari perkampungan penduduk. 

Panik. Takut api merembet ke mana-mana dan secara spontan banyak orang berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya; sebelum pemadam kebakaran datang dan menaklukkan si jago merah yang sudah melalap habis gedung percetakan.

Para karyawan bisik-bisik, "Untung diasuransikan." Benar saja, beberapa tahun kemudian, berdiri gedung baru, bahkan lebih canggih dari gedung percetakan sebelumnya, yang sudah menjadi catatan sejarah karena peristiwa kebakaran.

Kembali ke peristiwa Gedung Kejaksaan Agung yang terbakar, menurut saya, anggap saja itu sebuah konspirasi. Ada niat jahat dari beberapa orang, yang dengan sengaja membakar gedung tersebut. Anggapan konspirasi ini memang belum tentu benar. Namun, menurut saya, anggap saja itu ada. Ada konspirasi.

Lebih baik menduga setidaknya ada beberapa penjahat, entah itu siapa dia, yang memang punya rencana membakar Gedung Kejaksaan Agung. Tujuan utamanya, diduga saja, adalah untuk menghilangkan barang bukti atau dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan sepak terjang para penjahat tersebut.

Mengapa menurut saya dugaan adanya konspirasi jahat atas kebakaran tersebut sangat penting? Setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita ambil maknanya. Kita tentu sangat memahami bahwa di balik peristiwa tragis pun ada hikmah atau makna yang bisa kita ambil untuk dijadikan introspeksi atau pelajaran.

Hal yang utama, agar lebih waspada, terutama para aparat yang tugasnya menangkap para penjahat, semisal koruptor atau penjahat kategori lain, hingga kejahatan terorisme. 

Berkaca pada kebakaran Gedung Kejaksaan Agung, jika hal itu dianggap ada konspirasi, berarti gedung-gedung seperti gedung kepolisian atau gedung tempat para hakim bekerja, akan lebih waspada dan meningkatkan keamanan.

Misalnya, para aparat pembasmi kejahatan akan lebih cerdas menyimpan dokumen-dokumen penting. Sistem pengarsipan dengan teknologi canggih, misalnya, bisa diterapkan secara massif, di seluruh gedung yang ada di tanah air. 

Itu karena sudah ada anggapan awal akan terjadinya konspirasi para penjahat, terutama kelas kakap yang punya modal besar, melawan balik aparat penegak hukum yang masih punya nurani, akal sehat, dan niat baik.

Hal lainnya, para pemadam kebakaran juga akan lebih cerdas dari sebelumnya, dan bisa memprediksi gedung mana saja yang berpotensi dibakar para pelanggar hukum. Saya dan Anda bisa menyebutkan dengan mudah.

Selain gedung kejaksaan, juga ada gedung kepolisian, gedung kehakiman, juga gedung para pengacara, hingga gedung-gedung kementerian, dan lain sebagainya. Jika semua bisa diperkirakan dengan baik maka keamanan gedung pun akan semakin canggih. Sistem penyimpanan dokumen penting juga akan semakin keren, tidak mudah dibobol para penjahat, atau sengaja dihancurkan.

Jadi, anggap saja kebakaran Gedung Kejaksaan Agung sebagai sebuah konspirasi jahat. Entah benar atau tidak anggapan tersebut, kita tunggu saja hasil penyelidikannya. 

Hal paling penting, kita semua bisa belajar dari sebuah kebakaran, yang bisa merembet ke mana-mana, dan merugikan banyak orang; yang belum tentu terkait langsung dengan peristiwa yang sedang terjadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun