Pengalaman pertama tak akan mudah terlupakan. Berkesan. Itu yang mendorong saya untuk menuliskan cerita ini. Cerita ecek-ecek sih sebenarnya, nggak penting. Cerita tentang tulisan-tulisan saya di Kompasiana yang jumlahnya belum seberapa. Masih dikiiittt... belum layak dibanggakan dan dipercaya sebagai penulis yang konsisten dalam berkarya.
Lalu, apa yang berkesan, bahkan membuat kejutan bagi saya? Artikel Utama perdana bagi saya. Satu dari 23 tulisan yang saya buat di Kompasiana, tidak saya sangka, dipilih redaksi menjadi  artikel utama, di kategori Gaya Hidup subkategori Karir. Judul tulisannya "3 Alasan Senioritas Tak Selamanya Berkualitas". Begitulah, sebenarnya artikel tersebut juga untuk menyindir diri saya sendiri, agar waspada dengan isi tulisan yang saya sampaikan.
Apa istimewanya sehingga harus dikisahkan di sini? Sudah banyak tuh penulis yang artikel-artikelnya mampir di artikel utama, bahkan berada di halaman utama Kompasiana. Betul sih. Tapi, bagi saya setidaknya ada beberapa alasan yang membuat saya terkesan, terkejut.
Pertama, ini artikel utama perdana. Pertama kali lolos seleksi sebagai artikel utama di meja redaksi Kompasiana. Meski sudah lama menulis, saya tetaplah senang ketika buah karya saya mendapatkan "penghargaan" dalam bentuk lolos seleksi, atau dinilai sebagai tulisan yang berkualitas. Kalau tidak bermutu, suatu artikel tidak akan nangkring di artikel utama, bukan? Berkesan dan mengejutkan, tidak saya sangka. Tidak pernah saya prediksi sebelumnya.
Kedua, ada proses penyuntingan. Saya senang artikel-artikel saya yang saya tayangkan di Kompasiana melalui proses edit atau penyuntingan. Setidaknya, saya mengetahui dari artikel utama perdana ini, misalnya ada penggantian foto dan perubahan judul artikel.
Ada proses penyuntingan dalam suatu tulisan setidaknya membuat saya teringat masa-masa lalu sebagai editor, juga mengingatkan saya akan adanya pihak lain yang membuat karya saya mendapatkan keberhasilan, penghargaan, atau kesuksesan. Sering kali seorang penulis tidak bisa berdiri sendirian, ada seorang editor di belakangnya yang membuat makin ciamik karya tulis yang dipublikasikan.
Hal ini akan terus menjaga saya untuk tidak sombong ketika berkarya. Ada sentuhan keahlian di bidang lain ketika saya berkarya, salah satunya adalah editor tulisan atau editor naskah atau bisa juga disebut editor bahasa. Jika tulisan saya harus diberi ilustrasi dan disusun agar lebih menarik lagi maka di situlah peran ilustrator dan desainer grafis sangat penting. Tanpa kehadiran dua profesi kreatif ini maka tulisan saya tidak akan mendapatkan sentuhan keindahan, misalnya dari sisi tata letak dan ilustrasi.
Ketiga, tidak sia-sia saya nonton bola. Apakah ini penting disampaikan? Sangat penting. Untuk bisa menonton bola, saya harus mempersiapkan stamina. Tidur lebih awal biar bisa bangun malem-malem, menyiapkan makanan ringan, dan bikin kopi. Alhasil, setelah nonton bola, saya dapat inspirasi untuk menulis artikel, salah satunya adalah artikel yang masuk di deretan elite artikel utama. Wah, ini kejutan di sela-sela Liga Champions juga Liga Europa yang hampir setiap hari saya tonton.
Bahkan, saya mengawali paragraf-paragraf tulisan yang menjadi artikel utam perdana saya tersebut, dari inspirasi di dunia sepak bola. Lengkaplah kebahagiaan saya. Dua hobi bisa saya satukan, hobi nonton bola dan hobi nulis, dan berhasil membuat kejutan bagi saya.
Keempat, kelima, dan keenam... tidak usah saya tuliskan. Selain untuk menyingkat waktu karena sebentar lagi saya mau nonton bola, juga supaya tulisan ini tidak terlalu panjang, dan membosankan. Setidaknya, saya ingin menegaskan kembali beberapa poin ini.
Seorang penulis, lama maupun baru, tetaplah bangga jika karyanya dihargai. Â Apa pun bentuk penghargaan itu akan semakin memotivasinya dalam menulis, dalam berkarya, dan mendorongnya untuk tetap konsisten menjaga kualitas. Meskipun menulis tema yang enteng, ringan-ringan saja, namun di dalamnya tetaplah ada makna yang bisa diselipkan.