Ada hal menarik dibalik pergerakan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan lalu (25/6/2021) yang berhasil pulih, walaupun hanya menguat cenderung tipis sebesar 0,25% secara point-to-point. Pasar modal kembali menggeliat.Â
Terdapat beberapa saham yang mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan sejak IPO (initial public offering). Sebut saja ARTO, emiten perbankan yang memiliki merek Bank Jago ini adalah sebuah bank digital tanpa kantor cabang.Â
Sejak awal IPO setahun yang lalu, nilai sahamnya sudah naik 5 kali lipat. Lalu baru-baru ini ada lagi satu emiten yaitu DCII, perusahaan penyedia layanan data center yang naik sampai 11 ribu persen sejak IPO di awal tahun.Â
Fenomena dibalik naiknya harga saham ketika ekonomi lesu akibat pandemik menunjukkan telah terjadi perubahan preferensi masyarakat dan investor. Wabah Covid-19 telah membuat beberapa sektor usaha berbasis mobilitas konsumen terpuruk, namun di waktu bersamaan sektor yang berbasis teknologi tumbuh pesat.Â
Banyak supermarket ternama menutup toko ritelnya, namun di waktu bersamaan traffic belanja masyarakat pada platform e-commerce naik tajam. Berdasarkan data traffic dari Similarweb, kunjungan Tokopedia dan Shopee saat ini masing-masing 150juta traffic per bulan.Â
Demikian juga efek pandemik tidak serta merta membuat para pengusaha kuliner bangkrut, karena keterbatasan transaksi dapat diatasi oleh layanan antar makanan dari Gojek, Grab dan disusul Shopee yang baru meluncurkan layanan Shopee Food. Efek ekonominya sangat dahsyat. Gojek memiliki lebih dari 2 juta pengemudi aktif, 900 ribu mitra kuliner dengan 190 juta konsumen telah mengunduh aplikasi ini sejak 2015.
Lanskap bisnis telah berubah. Fenomena lonjakan harga saham Bank Jago dan DCII adalah efek dari ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi digital Indonesia yang sangat menjanjikan. Bank Jago mewakili perubahan model bisnis sektor keuangan yang rendah capex dan opex, tanpa kantor dan karyawan banyak.Â
Pun demikian melonjaknya saham DCII menunjukkan ekspektasi masa depan pasar digital yang makin besar yang membutuhkan infrastruktur dan data center di tanah air. Rencana IPO GoTo, hasil merger Gojek dan Tokopedia menambah kuat sinyal bahwa sektor teknologi akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Paradigma Baru Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah dan para pelaku ekonomi saat ini harus semakin serius membangun paradigma baru dalam membangun pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui pendekatan model riset dan teknologi (R&D).Â
Model pertumbuhan tersebut, melibatkan 4 variabel utama, yaitu tenaga kerja, modal, teknologi, dan output hasil produksi barang atau jasa. Terdapat dua sektor utama dalam model tersebut, yaitu sektor penghasil barang di mana output diproduksi dan sektor R&D di mana penambahan pengetahuan dilakukan.Â