Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lomba Literasi, Merawat Jiwa Seni Generasi Muda

26 Oktober 2024   20:26 Diperbarui: 26 Oktober 2024   21:41 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya merasa ragu saat menerima undangan rapat koordinasi lomba OLSN (Olimpiade Literasi Siswa Nasional) 2024 dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta. Bukankah lomba OLSN sudah tidak ada, digantikan oleh OSN (Olimpiade Sains Nasional) dan FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional)? Tapi keraguan itu segera pupus setelah Kepala Seksi  Kesiswaan SMP, Cynthia, dalam rapat (22/10/2024) di Ruang Wahyu Tumurun, Disdikpora Kota Yogyakarta, memberi penjelasan dengan gamblang.

"Meskipun lomba OLSN sudah tidak ada, tapi nama OLSN tetap kami pakai. Kami beranggapan nama itu sangat tepat untuk pelaksanaan lomba bidang literasi. Kalau di sekolah ada kegiatan literasi, maka sudah selayaknya kami menyediakan wadah untuk siswa berekspresi literasi," tegas Cynthia.

Lomba OSLN bagi siswa SMP/MTs terus dilaksanakan Disdikpora Kota Yogyakarta, meskipun hanya untuk lingkup lokal, tidak dilombakan sampai tingkat nasional. Hal ini bertujuan melaksanakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015, sebagai salah satu upaya menumbuhkan budi pekerti peserta didik melalui gerakan literasi sekolah. 

Di samping itu, Disdikpora sebagai pengelola dan penyelenggara pendidikan berupaya meningkatkan mutu pendidikan  melalui kegiatan OLSN  2024. Bagaimanapun juga, gerakan literasi, terutama di sekolah, berkaitan dengan upaya secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. 

Selain terkait aktivitas pembiasaan membaca dan menulis dalam proses pembelajaran ataupun ekstrakurikuler, gerakan literasi sekolah juga dapat dilakukan melalui lomba atau festival dengan melibatkan peserta didik dan pemangku kepentingan lainnya.

"Lomba OSLN merupakan upaya memberikan ruang  mengembangkan kreativitas dan potensi siswa SMP-MTs di bidang bahasa, seni, sastra, dan budaya melalui aktivitas literasi. Setidaknya OLSN  menjadi ajang pembelajaran, terutama dalam hal olah pikir, olah hati, dan olah rasa," papar Cynthia.

Dijelaskan lebih jauh bahwa  kegiatan OLSN 2024 tidak hanya berorientasi pada kejuaraan. Esensi kegiatan ini terletak pada nilai pendidikannya, sebagai pengalaman belajar (learning experience) sekaligus  upaya menguatkan pendidikan karakter, seperti sikap saling menghargai, saling menghormati, solidaritas dan toleransi. Dengan begitu, OLSN sebagai bagian dari Gerakan Literasi Sekolah dapat menjadi bagian dalam mempercepat terwujudnya Indonesia literat.

Cabang lomba OSLN  meliputi mendongeng; baca puisi; sesorah (pidato bahasa Jawa); ndongeng (bahasa Jawa); storytelling, dan speech contest. Dengan demikian, lewat lomba tersebut terbersit pula keinginan agar siswa sebagai peserta mampu mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah (Jawa) , dan menguasai bahasa asing (Inggris).

"Meskipun lomba menggunakan bahasa Jawa, bukan berarti kerja Disdikpora tumpang tindih dengan Dinas Kebudayaan. Pemda telah mengembalikan fitrah  Dinas Kebudayaan, sehingga lomba mereka berbasis  kewilayahan dan komunitas, sedangkan Disdikpora bertumpu pada basis sekolah. Ini menjadi wadah bagi guru-guru bahasa Jawa untuk membina siswanya dan menampilkan siswa binaan dalam lomba OLSN," ungkap Cynthia, saat memimpin rapat.

Usulan  memisahkan antara lomba mencipta dan membaca puisi diterima dengan baik oleh Disdikpora dan peserta rapat. Semula, salah satu lomba akan mewajibkan siswa menciptakan puisi, kemudian membacakannya. 

Menurut seorang  juri, pensiunan Balai Bahasa Yogyakarta, mencipta dan membaca puisi merupakan dua hal yang berbeda.  Mencipta berurusan dengan pemilihan kata (diksi), sedangkan pembacaan berurusan dengan bagaimana seseorang merealisasikan atau mengucapkan kata agar dipahami oleh audience. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun