Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Iman Budhi Santosa, Cak Kandar (Interlude), dan Magetan

12 Agustus 2024   19:29 Diperbarui: 13 Agustus 2024   12:01 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memoar Iman Budhi Santosa/Foto: Hermard

Penggiat sastra Yogyakarta, Latief S Nugraha melukiskan "kehebatan" IBS (dalam Nunggak Semi: Dunia Iman Budhi Santosa) karena ia mencatat segala yang terlewat,  terlupakan, atau sengaja dilupakan orang. 

Ia amati kediaman pohonan, geliat binatang, dan polah tingkah pidak pedarakan sebagai pedoman hidup bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Di dalam pandangannya, peristiwa-peristiwa di dunia ini bersifat prismatis, tidak ada yang mutlak benar ataupun salah. Maka kita mengenal Iman Budhi Santosa sebagai seorang penyair, budayawan, filsuf, psikolog, sosiolog, antropolog, botanis, bahkan peramal.

Kemudian lahir karya puisi, prosa, esai, penelitian, memoar, mengenai kebudayaan dan manusia Jawa, kampung halaman, tumbuhan, peribahasa, kisah wayang, kisah wong cilik, kisah orang-orang urban, sejarah, politik, dan lain sebagainya.

Beberapa buku (untuk tidak menuliskan semuanya) karya IBS adalah Prospek Pengembangan Teh Rakyat di Jawa (1983), Ranjang Tiga Bunga (novel, 1975),  Dunia Semata Wayang (puisi, 1996 dan 2004), Profesi Wong Cilik (esei budaya, 1999 dan 2017).

Profesi masa lalu/Foto: Hermard
Profesi masa lalu/Foto: Hermard
Di samping itu terbit pula Dorodasih (novelet, 2002), Kalakanji (esei sastra budaya, 2003 dan 2018), Talipati: Kisah Bunuh Diri di Gunungkidul (Memoar, 2003 dan 2017), Perempuan Panggung (novel, 2007),  2007),  serta Ngudud dan Cara Orang Jawa Menikmati Hidup (esai budaya, 2012).

Saat saya masih bekerja di salah satu lembaga pemerintahan-fokus pada pengembangan, pembinaan, dan penelitian kebahasaan serta kesastraan- IBS terkadang mampir ke kantor di pinggiran kali Code. 

Selalu saja IBS meminta kalau ngobrolnya di pawon (dapur)  biar bisa sambil ngopi. Tentu permintaan itu benar-benar saya pahami  karena ia tidak betah berlama-lama duduk  di ruang sejuk berpendingin udara, terlebih tanpa udud. 

Obrolan di dapur tidak hanya berdua. Teman-teman lain yang mengetahui kedatangan IBS duduk di dapur mendengarkan dengan khusyuk wewarah yang  diberikan IBS.  

Beberapa cerita di dapur, saya temukan pula di dalam buku Magetan: Bumi Kelahiran, misalnya tentang kesalahan penulisan nama, dengkur uwi, dan pertumbuhan pohon manggis.

Menimba ilmu dari IBS/Foto: dokpri Hermard
Menimba ilmu dari IBS/Foto: dokpri Hermard
Kesalahan penulisan nama terjadi saat penerimaan ijazah SMP, tidak sesuai dengan penulisan  di surat keterangan lahir: Iman Budhi Santosa. Di ijazah SMP tertulis Imam Budi Santosa. 

Benar saja firasat Mas Iman bahwa kesalahan itu akan berkepanjangan, memunculkan riak-riak kecil yang terus mengikuti kehidupannya. Begitulah, saat di Yogya ada yang memanggilnya Imam, di ijazah SPbMA nama belakangannya tertulis Santoso. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun