Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Sosial, Netizen, dan Keluarga

1 Agustus 2024   13:23 Diperbarui: 1 Agustus 2024   14:36 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berselancar di dunia maya/Foto: Hermard

"Tantangan bagi musisi muda sekarang PR-nya banyak banget. Tidak hanya harus bisa bermusik tetapi punya mentalitas baja. Tidak cuma hanya membuat satu lagu yang bagus, nyanyi dengan sepenuh hati, dan membuat video klip yang keren. Tapi videonya juga harus viral di tiktok, tayang di instagram. Selain itu mampu menanggapi "kicauan-kicauan" nitizen di media sosial yang kadang terlalu pedas, tidak beredukasi,  membuat polusi  dalam kreativitas seorang penyanyi," jelas Agun C Sasmi, penerima  penghargaan prestisius Chevalier des Arts et Lettres dari pemerintah Prancis.

Pemikiran cerdas itu dilontarkan Anggun menjawab pertanyaan  artis cantik dan berbakat, Novia Bachmid (22), saat menjadi salah seorang panelis  dalam acara Q & A  Metro TV (28/7/2024). Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan apa  yang harus dilakukan musisi muda Indonesia jika ingin berkarir di luar negeri.

Dua perempuan berbakat/Foto: tangkapan layar Metro TV-Hermard
Dua perempuan berbakat/Foto: tangkapan layar Metro TV-Hermard
Dalam konteks kekinian, jawaban  Anggun menegaskan pentingnya  media sosial dalam kehidupan moderen. Meskipun seorang artis memiliki musikalitas bagus, bisa menyanyi dengan baik, tapi tanpa dukungan media sosial, ia tidak akan menjadi siapa-siapa.

 Artinya, media sosial memiliki peran  signifikan dalam kehidupan modern.  Media sosial  dapat dijadikan jembatan atau pintu masuk agar seseorang  bisa dengan mudah dikenal, terhubung satu dengan lainnya  di manapun berada. 

Media sosial  bisa dijadikan platform efektif untuk pemasaran produk, membangun brand, dan berinteraksi dengan siapa pun.

Saat pertama kali menggunakan Facebook, saya hanya berniat mengembangkan hobi menulis, dapat terhubung dengan teman-teman dengan minat yang sama dan membangun jaringan. 

Perkembangan selanjutnya, saat menjadi dosen tamu di salah satu perguruan tinggi swasta terkenal, berlokasi di Mrican, Yogyakarta; saya memanfaatkan Facebook dalam proses belajar mengajar (edukasi). 

Lewat Facebook privat-terbatas (hanya beranggotakan saya dan para mahasiswa), semua materi kuliah saya unggah. Begitu juga setiap menyelesaikan tugas mata kuliah Penulisan Kreatif, mahasiswa wajib menggugah karya ke Facebook bersama. Mereka bebas mengapresiasi, mengkritisi karya-karya yang diunggah. 

Media sosial ini pun saya gunakan  untuk membahas soal-soal ujian tengah semester dan akhir semester. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada mahasiswa yang mengeluh soal nilai ujian yang didapatkan karena mereka tahu letak kesalahan jawaban soal ujian.

Sayangnya dalam perkembangannya, Facebook menerapkan kebijakan baru, sehingga banyak tulisan (di konten catatan) sulit ditemukan dan dibaca lagi. Efeknya banyak dokumen yang "hilang" karena saya tidak tahu cara menemukannya kembali dengan mudah. 

Sekarang saya memanfaatkan Facebook untuk tetap terhubung dengan komunitas, menulis status, menyebarluaskan tulisan yang dimuat Kompasiana, dan berbagi pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun