Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tantangan Kreatif Menulis Karya Sastra

23 Mei 2024   21:25 Diperbarui: 24 Mei 2024   04:32 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ajakan Semak Kata/Foto: Hermard

Sebenarnya kalau kita sudah berhasil menulis, ini merupakan hal yang luar biasa. Setidaknya kita sudah berhasil melawan kemalasan. Hal lain yang perlu dilakukan untuk membangunkan kreativitas bagi penulis pemula adalah mengikuti kompetisi,  membangkitkan spirit untuk menguji kualitas karya yang dihasilkan.

Begitulah dua poin awal yang disampaikan Eko Triono, sastrawan, dalam pertemuan Komunitas Semak Kata (23/5/2024) di KopiRite Cafe, Celeban, Yogyakarta. Acara Ngobrol Sastra dihadiri dua puluh peserta aktif.

Cerpenis merangkap dosen di Universitas Negeri Yogyakarta itu  memompakan semangat kreativitas  dari sisi psikologi bahwa sesuatu itu harus terlihat, kita happy kalau  memiliki karya yang terlihat ada, tidak sekadar terhenti di pemikiran. 

Berikutnya jangan memikir sesuatu  (menulis) sebagai hal sulit. Sebaliknya,  berpikir bahwa sesuatu yang kita perbuat bisa dilakukan dengan mudah. Sebagai contoh, menulis cerpen itu mudah karena pada hakikatnya  hanya sebuah cerita.

Selanjutnya, menghasilkan. Artinya ketika kita menulis, kita menghasilkan karya, sesuatu yang memuaskan-jika tulisan kita berhasil diterbitkan.

Mentor lain, Ahmad Zamzuri (peneliti sastra), menyitir gagasan penyair Iman Budhi Santosa bahwa mencipta puisi diawali  dengan mengelola ide sesuai apa yang dilihat.

"Tulislah apa yang dekat dengan kita. Puisi berangkat dari momen puitik," jelas Azam.
 

Ajakan Semak Kata/Foto: Hermard
Ajakan Semak Kata/Foto: Hermard
Hal yang terpenting, jangan takut untuk menulis dan berproses kreatif. Semakin banyak berproses kreatif, maka kita akan menemukan pola-pola tertentu dalam menghasilkan karya.

Dulu, dalam setiap pelatihan mencipta puisi, Iman Budhi Santosa meminta peserta membayangkan saat  berada di lampu merah, di situ ada pengemis, melintas mobil mewah, dan ada perempuan yang melempar uang koin sambil meludah dari dalam mobil. 

Mas Iman meminta peserta menuliskan apa yang kita lihat, tanpa melibatkan soal rasa (bahasa Jawa) karena kita tidak tahu apa yang dirasakan orang lain.

Sebaiknya  jangan sesekali kita berpikiran bahwa perempuan di dalam mobil mewah itu jahat karena meludah.  Ada kemungkinan  meludah dilakukan karena di dalam mobil tidak ada tempat meludah. 

Dengan menangkap momen putik, maka bisa saja kita menuliskan puisi:

Perempuan cantik meludahkan sekeping  koin

Artinya, momen yang menjadi inspirasi penulisan adalah yang dekat dengan kita, apa yang kita lihat.

Antara puisi dan cerpen/Foto: Hermard
Antara puisi dan cerpen/Foto: Hermard

Sementara mentor lain, Herry Mardianto (pengamat dan penggerak sastra) mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan seorang penulis pemula adalah banyak membaca referensi. Ini dilakukan agar kita mengenal berbagai konvensi penulisan, baik sastra maupun non sastra. Di samping itu, dengan banyak membaca berarti memperkaya kosa kata. 

Dalam mencipta puisi, hal penting lainnya adalah bagaimana memanfaatkan metafora dan memberi konteks peristiwa. Dengan begitu, puisi yang diciptakan akan berdampak luas, tidak hanya berurusan dengan diri sendiri, tetapi mampu menciptakan hal-hal katarsis atau berkesan bagi pembaca.

"Puisi bukan sekadar khayalan, tetapi berkait erat dengan nilai-nilai kehidupan. Dalam konteks ini, puisi tidak dapat dilepaskan dari logika. Pun puisi tidak berangkat dari kata yang dipuitis-puitiskan, sebab deretan  kata-kata puitis belum tentu puisi," jelas Herry di penghujung acara.

Kalau ada pertanyaan, apakah puisi harus menggunakan kata-kata yang indah, maka cobalah membaca puisi-puisi Rendra, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurba, mereka memakai bahasa sehari-hari yang ketika dirangkaikan menimbulkan makna dan asosiasi-asosiasi baru yang mengesankan. Bahkan Jokpin sengaja mempelajari dan mengorek-ngorek kata dalam KBBI  untuk menciptakan pembaharuan dalam perkembangan perpuisian di Indonesia.

Semak Kata/Foto: Tsani
Semak Kata/Foto: Tsani
Komunitas Semak Kata sengaja mengadakan acara Ngobrol Sastra di KopiRite Cafe dalam rangka menerbitkan antologi puisi (dalam proses kurasi) dan antologi cerpen. Sudah ada empat belas cerpen yang pernah dimuat Kedaulatan Rakyat. Tinggal menambahkan beberapa cerpen lagi untuk diterbitkan menjadi antologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun