Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tuah Pohon Nagasari

2 Mei 2024   16:51 Diperbarui: 5 Mei 2024   15:12 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melintas di bawah pohon Nagasari/Foto: Hermard

Saat mengantarkan saudara (8/1/2024) berziarah ke Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Kotagede (Pasarean Hastana Kitha Ageng), yaitu kompleks makam Raja-raja Mataram Islam pertama (beserta para kerabatnya), saya takjub memandangi pohon besar yang tumbuh di depan kompleks makam. 

Pohon tua setinggi kurang lebih tiga puluh meter itu berdiri kokoh, berlumut di beberapa bagian batangnya. Kayunya tampak keras. Konon dulunya kompleks ini merupakan tempat yang menjadi cikal bakal keberadaan kerajaan Mataram Islam.

"Menika wit Nagasari. Kajengipun atos, sae-Itu pohon Nagasari. Kayunya keras, bagus," jelas salah serorang juru kunci, seakan mampu membaca pikiran saya.

Dari dalam laci meja rendah di Bangsal Kawedanan Juru Kunci, tangannya tampak mencari sesuatu yang kemudian ia genggam. Sejurus kemudian tangannya diulurkan ke arah saya.

"Mangga menawi ngersakaken. Menika winihipun wit Nagasari-Silakan kalau mau menanam pohon Nagasari. Ini bijinya," ujar juru kunci sambil menatap tajam.

Tak lama kemudian, lima biji pohon Nagasari berpindah tangan. Warnanya cokelat, kulitnya keras.

Dari literatur, saya ketahui, pohon Nagasari (palaquium rostratum) terdapat juga di kompleks pemakaman wilayah Jawa Barat, tepatnya di pemakaman Pangeran Suryanegara (kecamatan Harjamukti), pemakaman Gunung Djati (desa Astana), dan Pangeran Pasarean (kecamatan Sumber), semuanya berada di wilayah Cirebon. 

Selain di pulau Jawa, pohon tropis Nagasari banyak tumbuh di Sumatera- menjadi identitas Provinsi Bangka Belitung; banyak tumbuh di desa Air Bulin, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat; selain itu tumbuh di Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan.

Hutan Nagasari di Bangka Belitung terletak di antara dusun Bulin dan Payak seluas lebih dari tiga ratus hektar, masuk dalam kawasan hutan produksi pemberdayaan masyarakat. Dengan surat keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 1989 tanggal 1 September 1989, pohon Nagasari (Nyatoh) dinyatakan sebagai tanaman identitas Bangka Belitung.

Pertanyaannya, mengapa pohon Nagasari di pulau Jawa ditanam di seputar makam?

"Pohon Nagasari termasuk pohon langka, pohon pusaka. Orang zaman dahulu sudah memikirkan mengenai tempat yang aman bagi pertumbuhan pohon pusaka. Tak lain dan tak bukan adalah di area pemakaman, terlebih makam raja dan kerabatnya. Orang takut berbuat aneh-aneh (termasuk menebang pohon) di makam. Tempat itu dianggap keramat dan malati," jelas Sugi Hartono, pecinta tanaman langka.

Melintas di bawah pohon Nagasari/Foto: Hermard
Melintas di bawah pohon Nagasari/Foto: Hermard
Pemikiran itu menemui kebenarannya. Kenyataannya, banyak pohon-pohon besar yang ditanam di tengah kampung, halaman rumah, ruang publik, kebanyakan "dihabisi" atau ditebang pihak-pihak tertentu demi pelaksanaan proyek pembangunan jalan, perumahan, pertokoan, pabrik, atau lainnya.

Selain di tempat wingit, pohon-pohon langka tetap tumbuh merdeka di keraton, istana, dan taman raya. Misalnya saja di keraton, terdapat pohon beringin, tanjung, sawo kecik, asem, prana jiwa, dan kepel. Di tempat itu mereka dapat perlindungan khusus karena menyimbolkan kemuliaan, kebijaksanaan, dan kekuasaan raja/penguasa.

Konon menanam biji pohon Nagasari (memang) tidak mudah, memerlukan perlakuan khusus. Dari lima biji yang saya semai, hanya tumbuh satu.

Dilansir dari fajarcirebon.com, juru pelihara situs Pangeran Suryanegara, Lili Alida, mengakui bahwa pohon Nagasari merupakan pohon langka yang sulit ditanam.

"Biji ditanam seringkali gagal. Muncul anakan pohonnya, tapi ketika diminta peziarah untuk ditanam di rumah, akhirnya mati," jelasnya.

Saat menyemai biji pohon Nagasari, saya meyakini pasti akan tumbuh karena saya mendapat "titipan" dari orang linuwih (juru kunci) makam Raja-raja Mataram. Terlebih saya tidak meminta, tetapi biji itu "diberikan" dengan kesungguhan. 

Seminggu kemudian (setelah dari ziarah), biji pohon Nagasari saya tanam. Dari lima biji itu (dalam pot kecil-kecil), hanya tumbuh satu setelah sepuluh hari ditanam. Pertumbuhannya begitu lamban. Sekarang saja (2/5/2024) baru berdaun delapan dengan ketinggian kira-kira sepuluh centimeter.

Semaian pohon Nagasari/Foto: Hermard
Semaian pohon Nagasari/Foto: Hermard
Di lingkungan masyarakat Jawa Barat, berkembang legenda mengenai asal mula pohon Nagasari. Berawal ketika seekor naga menantang Sunan Gunung Djati. Sunan yang bijak dan sakti itu, akhirnya membuat naga tak berdaya. 

Setelah kalah, sang naga menginginkan menjadi abdi (pengikut) Sunan Gunung Djati. Awalnya permintaan tersebut ditolak karena wujud naga sangat besar. Dikhawatirkan menimbulkan ketakutan bagi murid lain. 

Karena sang naga terus meminta, akhirnya oleh Sunan Gunung Jati, naga tersebut diubah wujudnya menjadi batang kayu, ditancapkan ke tanah dan tumbuhlah pohon Nagasari.

Dalam perkembangannya, pohon Nagasari dipercaya sebagai pohon keramat, mampu menjauhkan bala, tenung atau santet, di samping dapat menghilangkan gangguan makhluk halus atau sihir.

Di samping itu, sebagian masyarakat mempercayai bahwa pohon Nagasari dapat meningkatkan kewibawaan, keselamatan, dan kesejahteraan pemiliknya.

Dari penelitian diketahui bahwa biji pohon Nagasari mengandung banyak lemak, bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan lilin dan sabun. Juga dimanfaatkan sebagai obat luka bakar, penangkal racun gigitan ular maupun serangga.

Buah nagasari berwarna hijau dengan bentuk lonjong, rasanya manis dengan tekstur lembut. Memiliki cukup serat, mengandung vitamin C dan antioksidan. Bisa dikonsumsi langsung atau diolah terlebih dahulu.

Pohon Nagasari memiliki bunga berwarna putih-kuning dengan aroma wangi, dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengatasi diare, batuk, dan radang. 

Manfaat lain batang pohon Nagasari dapat digunakan untuk mengusir ular. Konon, binatang melata berbisa ini takut melintas di dekat batang Nagasari yang kita sandarkan di sekitar rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun