Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Hujan di Kotagede

9 Januari 2024   10:51 Diperbarui: 10 Januari 2024   20:15 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan. Sumber: Pexels/Bence Szemerey

di bangsal pengapit di rindang pohon kepel, kenangan peziarah menjadi serpihan sejarah membasah

di balik tembok putih masa lalu, peziarah menepi merapal membakar dupa berasap doa

(keabadian serupa detik waktu, berdiam dalam ingatan)

di petilasan makam kota tua, nisan tak pernah menggigil melukis jejak para leluhur

dalam pelukan hujan, batin membisu, keinginan tafakur nyiprat di antara maesan tua

gemericik air menjadi nyanyian penghormatan bagi yang lelap dalam mimpi abadi

hujan kali ini menuliskan kisah purba di garis tangan para peziarah

membasahi pintu batin yang terus terbuka

dokpri
dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun