Sabtu, 23 Desember 2023, waktu belum lagi menunjukan pukul sembilan pagi dan pintu masuk Joglo Herman, markas kegiatan Rumah Literasi (RuLi) Blora, masih tertutup rapat. Namun begitu, selasar dan halaman joglo di Jalan Halmahera 33 A, Jetis, Blora, sudah dipenuhi generasi muda pecinta kearifan lokal budaya Blora. Â
Bukan tanpa alasan kalau mereka datang dengan penuh antusias. Keinginan terbesar mereka adalah menyaksikan pembukaan Pameran Foto RuLi 2023 Cinta Budaya Blora sekaligus mengetahui siapa di antara mereka yang mampu meraih penghargaan atas karya-karya foto yang dihasilkan saat mengabadikan momen Kirab Budaya Blora 2023. Kirab  diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Blora pada 10 Desermber 2023.
Pameran dibuka oleh  Kusno Widodo, panitia dan pengurus RuLi,dengan membuka pintu Joglo Herman, tempat lima puluh foto budaya Blora (hasil lomba) dipajang selama dua hari, 23-24 Desember.
Sebelumnya, Noer Indrijatno Eska, mewakili dewan juri menyampaikan  hal-hal  berkaitan penilaian terhadap foto-foto peserta.
"Ternyata respon dan karya peserta di atas ekspektasi. Penilaian ditentukan dengan beberapa variabel: pesan, teknis pemotretan, dan estetika penyajiannya. Diharapkan dalam waktu mendatang, peserta lebih berani berekspresi, belajar mengemas foto-foto budaya  agar lebih mampu menginspirasi banyak orang, mekipun foto-foto tersebut diabadikan hanya lewat kamera handphone" ujarnya.
Dewan juri yang terdiri atas Landung Simatupang (tokoh teater, aktor), Noer Indrijatno Eska (Rumah Literasi Blora, kreator), dan Herry Mardianto (penyuka fotografi, penulis), menetapkan lima besar foto terbaik: Penari Kuda Terbang (Nindia Freda Nisrina-SMPN 2 Blora), Digdaya (Azarya Pradipta Kay-SMPN 1 Blora), Canda Ria (Kearen Wierda Pricilla-SMPN 1 Todanan), Sapaan Sang Penari (Hafizh Danu Mahendra-SMAN 1 Ngawen), dan Kilau Sang Penari (Sayyid Nawwaf Haidar  Naqfi-SMAN 1 Ngawen).Â
Jumlah keseluruhan  199 foto, dikirim oleh 100 peserta. Beberapa foto didiskualifikasi karena diindikasikan menggunakan kamera DSLR dan ada yang mengirimkan foto hasil screenshot.
"Foto-foto terpilih mampu mengekspresikan masing-masing pemotretnya. Mereka  tidak asal jepret. Pasti mereka menunggu momen yang pas, mempertimbangkan sudut pengambilan, memilih objek yang akan diabadikan," jelas Landung Simatumpang saat penilaian.