Kustiyah tak bisa menyembunyikan kesedihannya, terlebih di perutnya bersembunyi janin yang baru berusia dua bulan.Â
Untungnya sebelum Rama Handono mangkat, Kustiyah dibelikan rumah di dekat Ndalem Ageng. Di rumah itulah ia menjalani hidupnya dengan membatik, merias pengantin, nyinden, dan menari, untuk menyambung hidup; sampai aku dilahirkan.
**
Suara tokek dari pojok rumah membuyarkan lamunan Salindri. Ia gelisah apakah akan meneruskan profesi ibunya sebagai sinden dan hidup dengan penuh pengabdian, sendika dhawuh, atau menerima tawaran Bram, teman kuliahnya, untuk rekaman lagu-lagu campursari dan hip-hop Jawa moderen?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H