Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Persimpangan Jalan

22 Desember 2023   15:21 Diperbarui: 23 Desember 2023   16:34 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panggil saja Salindri/Foto: Hermard

Namaku Salindri, anak semata wayang dari perkawinan  ibuku, Kustiyah, dengan Rama Handono. Pertemuan mereka terjadi saat ibu tampil nyinden di joglo Kecamatan Sidoasih. 

Yah, ibu saat itu baru berusia tujuh belas tahun, tapi suara dan tariannya  dipuja-puja lelaki  di desa  Jimbar, tempat  ibuku lahir dan dibesarkan. Darah seni ibu mengalir dari kakekku, Tarman, yang tak bisa dilepaskan dari nama grup kethoprak tobong Arumsari yang berhasil mementaskan lakon-lakon yang melekat di hati masyarakat sekitar Wonogiri. 

Begitu ada berita pentas kethoprak tobong keliling dan ada nama Tarman di dalamnya, pasti pertunjukkan akan dipadati penonton. Entah dia sebagai sutradara atau salah seorang pemain.
 

**

"Ndhuk, dijaga suaramu. Malam ini joglo Sidoasih kedatangan Rama Handono, priyayi agung  dari Ndalem Ageng. Kae sing lenggah jejer Pak Camat," bisik Tarman kepada Kustiyah.

Tarman memegang rebab, mengambil tempat di dekat Kustiyah. Bersama kelompok pengrawit, mereka sudah duduk di panggung menghadap penonton.

Pandangan mata Kustiyah segera menangkap sosok lelaki gagah duduk berwibawa  persis di samping Pak Camat.  Ia mengenakan batik kawung berwarna merah bata. 

Kini hati Kustiyah yang tidak jenjem. Baru kali ini ia pentas di depan priyayi dari Ndalem Ageng, Rama Handono.

"Sudah saatnya kamu pentas disaksikan pengageng Rama Handono. Kuatkan hatimu," ujar Tarman seakan tahu kegelisahan anaknya.
"Entahlah Pak. Nyatanya aku merasa tidak tenang, kemrungsung."

Sebagai seorang ayah, Tarman merasakan kegelisahan Kustiyah. Terlebih saat Kustiyah akan memulai nembang. Tarman dalam hati berulang kali berdoa agar Kustiyah diberi kekuatan.

Saat gendhing tembang Mijil ditabuh, secara bersamaan terdengar suara Kustiyah mengalun lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun