Setelah menggelar acara launching kumpulan fiksi mini Morse bulan Juli lalu, komunitas  Perempuan Bertutur bekerja sama dengan Museum Sandi akan memperingati Sumpah Pemuda dengan menggelar  acara Pembacaan 200 Fiksi Mini oleh Pemuda (Pelajar dan Mahasiswa) yang akan diadakan di Museum Sandi, 28 Oktober 2023.
"Seratus lebih pemuda akan terlibat dalam pembacaan fiksi mini yang termuat dalam antologi Morse. Dari mahasiswa pelajar SLTA, SLTP, bahkan murid SD turut berpartisipasi. Mereka akan unjuk gigi membaca dua ratus fiksi," ujar Atik Sri Yuliati, ketua panitia.
"Minat keikutsertaan mahasiswa dan pelajar begitu besar. Ini membuktikan bahwa dunia literasi Yogyakarta berkembang dengan baik," sambung Agus Leyloor.
Dalam rangkaian pembacaan  itu,  diadakan pembekalan pada tanggal 22 Oktober 2023 di Museum Sandi,  dengan narasumber Agus Leyloor Prasetya (dosen ISI Yogyakarta) dan Herry Mardianto (pengamat dan pembina komunitas sastra). Mereka berdua berbagi materi berkenaan dengan teknik pemanggungan dan penulisan karya fiksi mini.
Fiksi mini merupakan karya sastra pendek, terdiri dari beberapa kalimat atau beberapa paragraf. Hadir dengan plot, karakter, dan tema yang jelas. Tujuannya menyampaikan cerita/gagasan dalam ruang  sangat terbatas,  dengan mengandalkan kepiawaian menulis yang presisi dan padat.
"Sebagai contoh yang bagus dapat membaca cerpen pendek Sapardi Djoko Damono.Misalnya saja cerpen "Wartawan itu Menunggu Pengadilan Terakhir", "Naik Ka-Er-El", dan "Naik Garuda". Meskipun tiga cerpen ini pendek, short short story, tetapi merupakan cerita yang kuat dan efektif dalam batasan ruang yang ketat. Bahkan Sapardi meyakinkan kepada pembaca kalau cerpen pendek pun dapat ber-genre surealis," jelas Herry.
Artinya, fiksi mini (mikrofiksi atau flash fiction), merupakan bentuk naratif pendek, mampu menyampaikan cerita lengkap dalam jumlah kata sangat terbatas. Kekuatan fiksi mini terletak pada kemampuannya  menyajikan cerita yang padat dengan ruang  terbatas.Â
Penulis fiksi mini dituntut mempertimbangkan pemilihan kata dan struktur kalimat, tema, tokoh, serta konflik.
Meskipun pendek, fiksi mini  dapat menyentuh emosi pembaca,  pemikiran, atau mengandung hal-hal mengejutkan. Penulis fiksi mini dengan demikian harus memilih  tema yang menarik dan kuat, melakukan seleksi kata- untuk mendeskripsikan adegan, karakter, dan menghadirkan cerita dengan  konflik  menarik agar mencuri perhatian pembaca, mengembangkan karakter tokoh utama (dalam keterbatasan ruang) agar pembaca merasa terlibat, menciptakan ending yang kuat agar mampu menimbulkan kesan membekas bagi pembaca.
Menulis fiksi mini merupakan seni dalam memilih kata-kata dengan bijak untuk menggambarkan cerita dalam ruang  terbatas. Langkah terbaik, mulailah membaca berbagai fiksi mini, temukan keunikan masing-masing. Ini perlu dilakukan karena menjadi penulis  harus diawali dengan membaca. Tidak ada penulis yang terlahir tanpa membaca.
Di sesi berikutnya, Agus Leyloor menyampaikan bahwa menulis  merupakan hal penting untuk menyampaikan gagasan. Kita perlu menulis agar dikenal orang, agar dihargai.Â
Di sini, dalam komunitas Perempuan Bertutur, penulisnya sebagian besar tidak berlatar sastra. Ada dari ekonomi, pertanian, penari, dan sebagainya. Dari sini bisa dikatakan bahwa menulis bukan bakat, tetapi kemaun untuk menjadi penulis.
"Saya berharap agar kita tidak hanya bisa menulis karya sastra, tapi juga mampu membacakannya. Ini menjadi paket komplit sebaiknya kita miliki," pinta Agus dihadapan seratusan orang peserta.
Jika kamu bukan anak Sultan dan bukan anak seorang penguasa, maka MENULISLAH!
Dijelaskan lebih jauh bahwa membaca karya sastra merupakan acting. Pembaca berperan sebagai aktor, menguasai panggung. Â Salah satu syarat membaca dengan baik adalah pembaca berhasil menyampaikan pesan yang ada di dalam karya sastra.Â
Untuk itu pembaca sebaiknya mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, membaca berulang kali karya yang akan ditampilkan. Dengan begitu, pembaca akan memiliki penghayatan lebih baik, tidak grogi di atas panggung. Dalam membaca tidak perlu ingin cepat-cepat selesai, nikmati dan beri dinamika pertunjukan sesuai dengan dramatika yang ada dalam teks yang dibaca.
Pembekalan, dihadiri juga oleh benerapa guru pendamping dan anggota komunitas Perempuan Bertutur, dilanjutkan dengan teknis pelaksanaan pembacaan fiksi mini yang dibagi dalam tiga panggung. Ditutup dengan acara kunjungan menyaksikan koleksi benda-benda Museum Sandi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H