Ketika tulisan sudah selesai, maka saya akan membacanya berulang kali sebelum ditayangkan. Ini dilakukan untuk memeriksa kesalahan kebahasaan agar dapat dibaca dengan enak dan meminimalisir kesalahan penulisan. Jika setelah ditayangkan di Kompasiana, masih terasa ada kesalahan kebahasaan: penggunaan/pemilihan kata kurang tepat, penulisannya tidak benar, maka saya akan mengedit kembali. Jadi, setiap tulisan saya, pasti ada rekam jejak pengeditannya, tidak selesai begitu ditayangkan.
Tips menulis?
Tulislah apa yang disukai, dipikirkan, dialami, dan dirasakan. Jangan menulis hal-hal yang tidak dikuasai karena ini akan merupakan kesia-sian. Menulislah apa pun (seperti anjuran Pramoedya Ananta Toer), jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang. Hal terpenting yang dilakukan adalah tulis, tulis, dan tulis; suatu ketika nanti, tulisanmu  pasti akan berguna.
Mengapa menulis itu perlu dilakukan?
Pada hakikatnya menulis merupakan upaya menyampaikan pesan, entah itu berupa pengalaman hidup, tanggapan atas sesuatu, berkaitan dengan perasaan, atau apa pun. Dalam konteks yang lebih luas merupakan upaya membangun komunikasi agar kita terhubung dengan orang lain.
Bisa juga tujuan orang menulis karena ingin terkenal, mendapatkan honor (K-rewards), menolak pikun, atau sekadar menyalurkan hobi. Tapi bagaimanapun juga, menulis bagi saya merupakan tiupan semangat dan cara  mewartakan kepada teman-teman bahwa saya masih hidup.
Harapan terhadap Kompasiana?
Menjadi platform yang lebih bergengsi dan tidak hanya sebagai media publikasi untuk tulisan-tulisan yang numpang lewat, tulisan yang sekali berarti, sesudah itu mati...
Sebagai penjelajah saya tetap gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh-meskipun perlahan, saya tetap berbuat, sampai menghasilkan sesuatu sesuai keinginan.