Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Menikmati Perburuan Pramoedya Lewat Nukilan Landung Simatupang

19 Oktober 2023   18:30 Diperbarui: 19 Oktober 2023   21:19 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jiwa nasionalis dan Nippon/Foto: Hermard

Pemanfaatan layar lebar merupakan salah satu kecerdikan sutradara dalam menggiring imajinasi penonton agar larut ke suasana cerita. Landung menyadari bahwa saat seseorang membaca novel Perburuan, pembaca bisa membayangkan kejadian, latar, sesuai dengan daya imajinasinya saat membaca.

Tetapi ketika dipanggungkan, yang tampak adalah para pemain (aktor) yang bergerak, sehingga imajinasi bisa mengembara kemanapun, dapat saja tercerabut dari naskah aslinya. Artinya, apresiasi penonton tidak sepenuhnya bersandar pada novel Perburuan, tetapi pada keseluruhan yang terjadi di panggung pertunjukan. 

Upaya meletupkan imajinasi penonton dilakukan agar suasana cerita terbangun dan terjaga sejak awal: ketika Radio Oemoem menyiarkan pengumuman, saat pencerita melukiskan latar cerita dengan detail, ketika tokoh Bu Guru Ningsih dan Shodanco Karmin masuk ke panggung.

Ketegaran Ningsih dan bayangan siluet/Foto: Hermard
Ketegaran Ningsih dan bayangan siluet/Foto: Hermard
Ketidakpercayaan Ningsih kepada Karmin, merupakan relasi oposisional yang diletupkan dari awal pertunjukan. Konflik antara Ningsih (tunangan Den Hardo) dan Karmin, pemimpin PETA (Pasukan Pembela Tanah Air) bikinan Jepang dengan apik dimainkan oleh Enji dan Alex.

Karmin datang ke rumah Ningsih, berusaha meyakinkan bahwa perempuan (yang diam-diam dicintainya) harus mempercayainya agar ia terlindungi dari kejaran Kenpei.

Di sisi lain, Ningsih sulit mempercayai Karmin karena lelaki inilah yang mengkhianati Hardo (tunangannya) dan Dipo, sehingga mereka diburu Nippon.

Untuk meluluhkan kekerasan hati Ningsih, Shodanco Karmin menceritakan kalau Lurah Kaliwang, ayah Ningsih, ditangkap Kenpei, disiksa agar menunjukkan keberadaan Den Hardo. Perempuan yang berprofesi sebagai guru itu tetap tidak mempercayai cerita Karmin.

Puncaknya Karmin mengatakan bahwa Lurah Kaliwang yang tidak kuat menjalani siksaan, akhirnya mengatakan mengetahui keberadaan Hardo, lelaki buruan Nippon itu adalah tunangan anaknya, Ningsih.

Ketakutan Ningsih memuncak karena pasukan Kenpei bergerak ke rumahnya. Karim meminta Ningsih segera menyingkirkan surat atau apa pun yang berkaitan dengan Hardo dan ia akan menyelamatkan Ningsih.

Begitulah, suspense cerita terus dijaga Landung Simatupang dengan sempurna, sehingga selama pertunjukan berlangsung, penonton seperti tersihir, terus mengikuti pertunjukan sampai pencapaian puncak tangga dramatik dan penyelesaian cerita: Ningsih tertembak peluru nyasar Sidokan, Karim menyerah karena Nippon kalah, dan Den Hardo melindungi Karim dari siksaan kaum republiken.

Layar lebar dimanfaatkan juga guna menampilkan tokoh Sidokan (pemimpin Kenpei) dan Den Hardo secara siluet. Meskipun ditampilkan melalui bayangan-kecuali tokoh Sidokan yang di bagian akhir keluar dari balik layar dan bermain gestur di stage depan-penonton dapat menikmati karakter, keinginan, perjuangan Den Hardo dan kebengisan Sidokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun