"Tapi tolong pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan cerdas. Jangan cuma apa dan kapan. Sebaiknya pertanyaan yang membuat kita berpikir dan menjadi tambah cerdas," pinta Taufik Abdullah tegas.
Permintaan Taufik Abdullah tersebut menggambarkan kegelisahannya terhadap dunia pendidikan yang kurang eksploratif.Â
Kenyataannya, sebagian siswa tidak memiliki daya eksploratif karena masyarakat terlanjur mendudukan guru sebagai dewa yang maha benar, kena digugu lan ditiru.Â
Untuk itu tabu rasanya jika menyalahkan pendapat guru, dan wajar jika siswa yang berselisih pendapat dengan guru, terkadang mendapat perlakuan khusus, dijothak, meskipun siswa tersebut memiliki daya letup eksploratif luar biasa.
Apakah ekplorasi perlu mendapat prioritas dalam dunia pendidikan?
Kalau pertanyaan ini dikaitkan dengan pengembangan kreativitas, maka mau tidak mau, siapa pun harus bersedia melakukan eksplorasi, mengembangkan daya imaji agar dalam menanggapi sesuatu tidak hanya berdasarkan hafalan.
Pilihan ini sangat diperlukan agar kreativitas berkembang. Sudah sejak lama kreativitas siswa tidak berkembang dengan baik karena sistem pendidikan terlalu intruksional.
Siswa memiliki rasa rendah diri sehingga kerap "melarikan" atau "menyembunyikan" diri saat dikritik, dan kemungkinan lainnya-setelah dewasa-siswa dan beberapa dari kita mengalami tekanan yang begitu berat dalam menjalani hidup.
Bukankah dulu di sekolah dasar kita mendapat pelajaran mengarang dan itu setidaknya berfungsi untuk membangun kreativitas?
Dulu, sejak sekolah dasar kita sudah akrab dengan pelajaran mengarang. Tentunya hal tersebut bermanfaat dalam pengembangan kreativitas verba linguistis, yaitu kemampuan memanfaatkan dan memanipulasi kata, baik secara lisan maupun tertulis.Â