Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengingat Dagadu Sarapan Jaran (Tahun 2002)

3 Oktober 2023   14:54 Diperbarui: 3 Oktober 2023   15:03 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malioboros/Foto: dokpri Hermard

Pengembaraan Tintin di Yogya
Hampir sama dengan Jaran Ethnic, Sarapan T-shirt pun memiliki desain kaos yang cenderung ke etnik. Hanya saja jika Jaran pure etnik, maka tidak demikian halnya dengan Sarapan; ada beberapa produk yang ditambahi dengan kehadiran tokoh kartun Tintin dan teman-temannya. Sehingga di samping hadir kaos dengan tema "Djokdjakarta 1938", "Perempatan Toegoe Djokdja 1938", "Tamansari", ada pula desain kaos dengan tema "Tintin in Malioboro Jogja", "The Adventures of Tintin on Yogya" serta "Where is Tintin".

Kehadiran Tintin dalam desain kaos Sarapan tidak punya pretensi apa-apa kecuali hanya menyiasati pasar, agar  lebih dekat dengan kalangan remaja. Meskipun begitu, Sarapan tetap menggali sejarah dan kebudayaan Yogya, sehingga kehadiran Tintin tetap dalam sebuah frame budaya Yogyakarta. Ini dilakukan sesuai dengan visi dan misi menginginkan agar budaya Nusantara, khususnya Yogya, tidak hilang; orang masih mengingat  sejarah.

Sarapan T-shirt yang dirintis sejak tahun 1995 oleh Inug Hari Nugraha lebih mengandalkan kaos-kaos dengan desain drawing, bukan grafis komputer. Apa yang muncul kemudian adalah kaos dengan pengolahan handmade. 

Pilihan desain etnik dilakukan karena pada tahun 1990-an nuansa etnik belum digali oleh "pemain" lain. Dalam satu bulan, Sarapan biasanya mengeluarkan empat desain yang siap dipasarkan. 


Etnik dan Memorabilia Jaran
Saat ditemui di "rumah lama" Jaran Ethnic T-shirt di bilangan Puri Gejayan Indah, Bambang Paningron (salah seorang pendiri  Jaran Ethnic) menjelaskan bahwa desain etnik menjadi pilihan karena antara tahun 1992 (saat berdirinya Jaran Ethnic) sampai 1993 belum ada desain kaos yang menonjolkan etnis kepermukaan. Padahal ada desain-desain etnik yang patut dihargai, diangkat kembali. 

"Selama ini desain-desain itu tenggelam karena tidak ada yang mengangkat. Kalaupun ada di Bali, itu cenderung lebih ke aspek turistik; artinya bukan pendekatan arkeologis atau sosio kultural."

Desain kaos Jaran selalu menampilkan keaslian karya etnik dengan meminimalisir "pengolahan" kembali. Sementara yang muncul di Bali (ada Bali Art, Lombok Art) sekadar gambar-gambar yang berkesan etnik, tidak memunculkan keaslian.

Sesungguhnya, menurut Bambang, apapun desain yang diangkat dalam sebuah kaos, maka efeknya akan menempatkan kaos lebih dari sekadar pakaian, ada nilai tambah. Nilai tambah ini bisa diapresiasi oleh konsumen. Artinya, pada tahapan ini posisi kaos bisa menjadi hadiah atau cenderamata.

Ada pergeseran bahwa fungsi desain sudah berubah, ungkap Bambang. Selain memiliki nilai tambah; desain mampu mendudukan kaos sebagai media. Media itu bukan sekadar karena ada gambarnya, tulisannya, tetapi karena apa yang termuat di situ. Itu menjadikan kaos semakin punya "posisi", ia bisa diperalat menjadi media propaganda, entertaiment, iklan dan sebagainya; tergantung bagaimana kita mengolah kaos yang tadinya hanya berfungsi sebagai pakaian, kemudian menjadi identitas. 

Ketika orang memakai kaos bertuliskan: Oposisi Mengapa Harus Takut? Wah dia pasti seorang demonstran. Ketika seorang perempuan memakai kaos iklan sabun - ia marketing.  Kaos dengan desain lukisan Eddie Hara, oh pemakainya kemungkinan besar adalah seniman. Ini pergeseran yang secara tidak sengaja kita lihat.

Sekarang kaos bukan sekedar fungsional. Tidak ada seorang pun di Indonesia yang tidak mempunyai kaos. Tukang becak sampai presiden memakai kaos.

Kaos-kaos tendensius sejak semula dihindari Jaran karena sifatnya  temporer. Berbeda dengan etnik,  cenderung stabil, bisa dipakai siapa pun dan kapan pun; meskipun harus bersaing dengan desain-desain  populer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun