Perjalanan panjang Jokpin dalam dunia perpuisian-ia mulai menulis puisi sejak tahun 1970-an-menghasilkan beberapa penghargaan. Buku puisi Celana (1999) memperoleh Hadiah Sastra Lontar 2001, Di Bawah Kibaran Sarung (2001) meraih Penghargaan Sastra Pusat Bahasa 2002.Â
Berkat Celana dan Di Bawah Kibaran Sarung, Jokpin ditetapkan sebagai Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001. Selain itu,  buku puisi Kekasihku (2004) meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2005. Enam tahun berikutnya, tepatnya tahun 2012, buku puisi Tahi Lalat (2012) kembali mendapat penghargaan Karya Sastra Pilihan Tempo. Setelah itu lahir puluhan buku puisi karya Jokpin.Â
Jadi, tidak mengherankan kalau pergulatannya yang begitu suntuk dengan puisi, menghantarkannya meraih Penghargaan Achmad Bakrie XIX tahun 2023 bersama Fachry Ali  (bidang Pemikiran Sosial),  Andrijono  (bidang Kedokteran), dan Carina Joe  (bidang Sains). Penghargaan yang sekaligus membuktikan
bahwa mereka telah memberikan kontribusi positif bagi negara dan masyarakat.
Di tengah pidatonya, Joko Pinurbo mengungkapkan bahwa dirinya beruntung mempunyai mantra yang mustajab untuk menekuni dunia sastra.
"Beruntung punya mantra yang mustajab, yang menguatkan saya untuk bertekun di dalam dunia yang sepi secara ekonomi ini (Sastra), mantra itu berbunyi: "Segalanya menjadi mudah, dengan mudah-mudahan..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H