Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sastra sebagai Warga Negara Kelas Dua di Sekolah

6 September 2023   07:01 Diperbarui: 6 September 2023   09:21 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi sastra siswa SMA N 6 Yogya/Foto: Hermard

Jika diberi tugas cukup bertanya kepada "Mbah Google" kemudian mengandalkan jurus copy---paste. Perangkat teknologi menyebabkan siswa tidak lagi bersusah payah menulis surat kepada orangtua meminta kiriman uang, cukup mengirim pesan WhatsApp, maka selesai semua urusan. Uang kiriman sudah ada di rekening. 

Jika siswa ditugasi membuat tulisan, mereka bergegas memanfaatkan berbagai aplikasi artificial intelligence. Dalam hitungan detik, tugas selesai dikerjakan tanpa bekerja keras.

Apa yang perlu dilakukan agar siswa atau remaja mau mencintai sastra?

Saya ingin menggarisbawahi terlebih dahulu bahwa remaja tidak membenci sastra. Sebagian besar dari mereka benar-benar mencintai sastra. Persoalan besar yang kita hadapi adalah bagaimana pengajaran sastra di sekolah bisa menyenangkan dan tidak menjadi anak tiri. 

Belajar menulis cerpen di luar sekolah/Foto: Hermard
Belajar menulis cerpen di luar sekolah/Foto: Hermard
Kalau dilontarkan pertanyaan: apa yang dapat dijadikan indikator bahwa remaja mencintai sastra, maka satu yang pasti adalah masih banyak lembaga-lembaga pengayom yang memberi peluang bagi remaja untuk menulis dan membaca sastra lewat berbagai lomba dan para remaja memberi tanggapan positif.

Bukan itu saja, perkembangan sastra remaja pun bisa dilihat dari berbagai blog sastra maupun facebook yang berisi puisi, cerpen, dan berbagai catatan sastra yang ditulis oleh remaja. Ada ratusan situs sastra di dunia maya yang sebagian besar ditulis remaja.

Bagaimana sebaiknya pengajaran sastra diberikan?

Porsi pengajaran sastra perlu ditambah agar siswa lebih akrab dengan sastra. Mereka diberi waktu tersendiri menulis karya sastra, meskipun sederhana, dan karya-karya tersebut didiskusikan di kelas. 

Dibangun suasana menyenangkan, artinya peran guru bukan sekadar sebagai guru, tetapi sekaligus sebagai sahabat yang memberi masukan-masukan positif terhadap karya yang dihasilkan siswa.

Orientasi pengajaran sastra harus diubah dengan sungguh-sungguh dengan cara mengembangkan potensi bersastra anak didik atau siswa. Kompetensi bersastra menjadi barometer keberhasilan guru di sekolah.

Satu hal yang pasti bahwa sesungguhnya remaja sangat dekat dengan sastra. Kedekatan ini perlu mendapat dorongan serius dari guru, sekolah dan lembaga lainnya. Di sisi lain, pengajaran sastra perlu diperbaiki agar siswa merasa terlibat dan menghasilkan karya-karya sastra yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun