Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Pembacaan Puisi di Atas Panggung

1 September 2023   14:13 Diperbarui: 3 September 2023   13:10 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembacaan puisi di atas panggung/Foto: Hermard

Apa yang membedakan pembacaan puisi di atas panggung dan di tempat perlombaan? Tentu saja pembaca puisi di atas panggung pertunjukan memiliki kebebasan tak terbatas. Ia bebas bergerak, menggunakan sound system, menyiasati tata panggung, makeup, kostum, musik, dan lainnya. 

Tidak seperti peserta lomba pembacaan puisi yang terikat dengan berbagai peraturan yang sudah disepakati dalam pertemuan teknis atau dalam ketentuan tertulis.

Dengan demikian apakah pembaca puisi di atas panggung mempunyai tanggung jawab yang lebih besar?

Baik pembaca di atas panggung maupun di tempat perlombaan mempunyai tanggung jawab yang sama. Mereka harus mampu menyampaikan pesan (message) yang terdapat dalam puisi yang mereka bacakan. 

Tantangannya, bagaimana pembaca dapat mengapresiasi puisi dengan baik, dan bagaimana audience dapat tersihir dengan pembacaan yang dilakukan. Pembaca di atas panggung dengan kebebasan berekspresi, diharapkan lebih mampu menghadirkan suasana yang menghanyutkan/mengesankan, dramatik.

Benarkah pembacaan puisi di atas panggung lebih berkaitan dengan wilayah seni?

Sebenarnya baik pembacaan dalam lomba maupun di atas panggung, keduanya terkait dengan ide penyair, pembaca pertama-tama melakukan apresiasi terhadap puisi yang hendak dibaca. 

Selebihnya, di wilayah seni pertunjukkan, seorang pembaca harus memahami berbagai media yang mampu mewujudkan kualitas dan intensitas vokal, gerak, permainan dan penikmatan. 

Dalam pembacaan di atas panggung, media lain yang harus disiasati dapat berupa tempat/seting, lighting, illustrasi musik, sound effect, kostum, dan makeup.

Apakah dengan demikian pembaca di atas panggung berperan sebagai aktor?

Boleh dikatakan begitu. Pembaca di atas panggung berperan sebagai aktor yang harus memahami isi puisi yang kemudian diterjemahkan ke dalam kostum, makeup, lighting, bunyi-bunyian, dan musik. Ia menyadari situasi panggung demi keberhasilan pertunjukan pembacaan puisi.

Jika pembacaan di atas panggung menggunakan pelantang, mikropon, lalu apa peran vokalisasi dalam pembacaan?

Hal yang harus kita sadari bahwa pembacaan di atas panggung bukan sebuah lomba baca puisi yang memperhitungan vokalisasi, khususnya kekuatan vokal. 

Pertunjukan di atas panggung dihadiri puluhan bahkan ratusan penonton, bisa di luar ruangan (lapangan) atau indoor (gedung kesenian). Tentu agar suara dapat menjangkau ke telinga penonton, pembaca harus memanfaatkan pengeras suara (sound system). 

Pertaruhannya, baik dan tidaknya vokal, tergantung pada kualitas sound system yang dipergunakan.

Apakah di dalam pembacaan puisi diperlukan banyak gerakan?

Sebaiknya gerak dan vokal diarahkan pada konkretisasi imajinasi penonton terhadap suasana yang ada dalam puisi yang dibacakan.

Artinya, seorang pembaca, lewat gerak dan vokal, berupaya menumbuhkan asosiasi-asosiasi/citraan sejalan dengan persoalan-persoalan yang disajikan dan dikembangkan dalam puisi.

Setiap gerakan dalam pembacaan puisi harus mempunyai makna, memiliki alasan mengapa gerakan itu harus dilakukan. 

Makanya saya selalu heran jika dalam pembacaan puisi, pembacanya selalu menggerakan tubuh dari saat mulai membaca sampai akhir pembacaan. Dalam hati bertanya-tanya, apakah ini membaca puisi, menari, atau sedang berolah raga?

Apa fungsi musik dan sound effect dalam pembacaan puisi?

Pembacaan puisi di atas panggung biasanya diiringi dengan satu atau beberapa alat musik. Hal itu dilakukan tidak saja untuk menarik perhatian penonton.

Lebih dari itu, pemanfaatan alat musik diharapkan dapat memperkuat ekspresi pembacaan melalui dimensi dengaran (audio). Hal ini berbeda dengan seting dan lighting yang memberi dukungan pencitraan melalui dimensi penglihatan (visual).

Bagaimana dengan kostum dan make-up atau tata rias?

Dalam pembacaan di atas panggung, baik kostum maupun tata rias sangat berfungsi dalam menghadirkan suasana sesuai dengan isi teks puisi yang dibacakan. Pakaian yang dikenakan pembaca diharapkan mampu mendukung terjadinya interaksi emosi dan batin penonton dengan pembaca.

Sedangkan tata rias difungsikan guna mengimbangi efek lighting, terutama jika pembacaan dilakukan di tempat gelap/malam hari. Di samping memberi dukungan terhadap suasana pembacaan.

Bagaimana, apakah kompasianer sudah siap membaca puisi di atas panggung? Perlu make-up? Olala!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun