Seandainya tokoh Gilar bisa bermain lebih santai dan cair lagi, kemungkinan akan mampu memperkuat penampilan tokoh lainnya dan mencairkan suasana dengan kian menohok.Â
Kekurangan terasa dari segi keluar masuk pemain, penataan/penggantian setting, bahkan masih ada tokoh yang terlihat tegang dan lebih konsentrasi pada naskah, bukan menikmati permainan di atas panggung.
Semua itu wajar terjadi karena para pemain tidak semuanya menggeluti dunia teater dengan suntuk dan memahami tata panggung dengan baik.
Kehadiran penonton yang menyesaki limasan Somoatmajan, menjadi bukti keberhasilan Agus Suprihono dan para aktor dalam mementaskan "Sri Dhemek".Â
Tangan dingin Agus Suprihono, lelaki penggiat seni di Margokaton (koordinator kethoprak Mataram Dwi Muda Budoyo dan karawitan Arum Sari), penulis cerpen "Dinda Kekasih Masa Laluku" (antologi Cerita Tentang Kawan, 2023), mampu menggambarkan kesungguhannya dalam mengambil bagian di Festival Milangkori.Â
Semoga Sri Dhemek dapat menginspirasi masyarakat luas untuk lebih mencintai sandiwara berbahasa Jawa.
E, e, e, mbok yo mesem, mrengut pedahe apa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H