Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Gambit Raja dalam Peluncuran Buku Sastra Bulan Purnama

16 Juli 2023   08:37 Diperbarui: 16 Juli 2023   10:52 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluncuran buku/Foto: Hermard

Gelaran Sastra Bulan Purnama edisi 142 (15/7/2023) di Museum Sandi, Yogyakarta, agak berbeda. Biasanya diisi dengan pertunjukan  pembacaan karya sastra Indonesia, kali ini "mengawinkan" sastra Indonesia dan sastra Jawa, tidak sekadar membacakan puisi Jawa (geguritan) tetapi diselingi   tembang macapat yang dilantunkan oleh Yanti S. Sastro Prayitno (dosen sekaligus sastrawan Semarang) dengan suara mendayu.

Dedet Setiadi, penyair Magelang, alumni Forum Penyair Indonesia TIM tahun 1987, lebih dari 30 tahun  menempuh jalan puisi; mengawali pertunjukan dengan membaca puisi terbarunya "Gambit Raja". 

Jika dalam puisinya yang termuat dalam Apokalipsa Kata (2021), Dedet Setiadi selalu mengartikan dan memaknai kata  berkaitan dengan alam, budaya, dan bahasa; maka dalam puisi terbarunya ia seakan ingin menanggapi situasi politik belakangan ini. Tak salah jika ada pengamat yang menilai puisi Dedet seringkali mengejutkan dan imajinasinya liar. 

Gambit dalam permainan catur merupakan upaya mengorbankan satu pion atau lebih untuk mendapatkan perwira  aktif dalam posisi  lebih terbuka sehingga mempermudah menyerang ke battlefield lawan.

...
Beberapa bidak sudah berhadap-hadapan
berhenti di tengah jalan
namun tak bisa saling memakan dan saling mematikan

maka yang putih melakukan rokade panjang yang hitam melilih rokade pendek

Bidak, gajah, kuda, benteng yang semula berwarna hitam dan putih
sekarang sudah memilih warnanya sendiri merah, hijau, biru, kuning, dan entah warna apa lagi menjelma bendera partai yang berkibaran di pelosok negri ini

Dan lihatlah  
dua master catur itu
masih santai duduk menikmati kopi sambil cekakakan membicarakan rencana liburan bulan Juli bersama anak istri

Gambit Raja Dedet/Foto: Hermard
Gambit Raja Dedet/Foto: Hermard

"Memang ini merupakan salah satu cara merespons situasi saat ini. Kita menyaksikan dua pemain besar, King Master. Dalam meraih kekuasaan, mereka duduk santai dengan mengorbankan pion-pion," jelas Dedet usai membaca "Gambit Raja".

Peraih  Penghargaan Prasidatama tahun 2022 ini melihat kefanatikan setiap pendukung partai sedemikian absurd dengan meyakini bahwa partai yang mereka dukung pasti benar dan menang.

"Dalam situasi seperti inilah saya menampilkan puisi dalam konteks guyon parikeno. Mengambil posisi sebagai punakawan yang  bebas melontarkan pendapat (terkadang kritik keras) tanpa menyinggung perasaan ksatria Pandawa," terang Dedet.

Terhadap puisi "Gambit Raja", Krishna Mihardja (sastrawan dwi bahasa), menanggapinya sebagai puisi yang kontekstual dengan situasi tahun politik.

"Saya suka dengan puisi Mas Dedet. Artinya, jika politik itu kotor, maka puisi  yang akan menyucikannya," ujar Krishna singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun