Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sandiwara Berbahasa Jawa Terus Menggeliat

5 Juni 2023   18:52 Diperbarui: 10 Juni 2023   14:30 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya seniman Margokaton/Foto: Hermard

Kemenangan tersebut bukanlah kemenangan pertamanya. Lelaki yang dikenal sebagai penggiat seni di Margokaton (koordinator kethoprak Mataram Dwi Muda Budoyo dan karawitan Arum Sari), setia mengikuti sayembara tersebut, meskipun naskahnya tidak selalu menjadi pilihan dewan juri karena tersingkir di babak seleksi. 

Gaya seniman Margokaton/Foto: Hermard
Gaya seniman Margokaton/Foto: Hermard
Setiba di Limasan Somoatmajan, Agus berada di antara beberapa anggota Komunitas Maton yang duduk melingkar sambil membawa naskah sandiwara berbahasa Jawa "Sri Dhemek". 

Ia lalu bercerita soal keinginan mementaskan lakon sandiwara berbahasa Jawa itu dalam rangka Festival Milangkori-festival sandiwara berbahasa Jawa yang didanai  Kemendikbudristek. Festival tersebut diadakan oleh KSS, diperuntukan bagi delapan kelompok pementas.

Baginya, meskipun membela kesenian tradisional selalu tombok, tapi rasa cinta dan handarbeni terhadap kesenian Jawalah  yang membuatnya bersemangat, terlebih ia mendapat dukungan dari Ons Utoro (penggerak Sastra Bulan Purnama). Ia pun rela "berdarah-darah" agar dapat ambil bagian dalam Festival Milangkori.

Perjuangannya dimulai pada tanggal 21 Maret 2023 saat mendapat telepon  Mas Komeng dari KSS yang memberi informasi jika peserta festival terbatas, kuota sudah penuh. 

Penulis cerpen "Dinda Kekasih Masa Laluku" (antologi Cerita Tentang Kawan, 2023) diminta menunggu kalau-kalau ada peserta yang mundur atau tidak memenuhi syarat  ketentuan  festival. 

Setiap kelompok peserta yang sudah mendaftar wajib mengikuti workshop pemeranan dan illustrasi musik selama sepuluh kali. Jika satu kali saja absen, maka peserta didiskualifikasi.

Ternyata pada hari keempat, ada peserta yang didiskualifikasi.  Mas Komeng kembali menghubungi  agar hari itu kelompok Maton (pimpinan Agus Suprihono) mengikuti  workshop pemeranan dan  illustrasi musik. 

Sutradara lakon "Pedhut ing Pereng Sumbing" menjadi kalang kabut karena hari itu merupakan hari pertama bulan Ramadhan. Beruntung anggota termuda Maton, Putri dan Afifah, bersedia menghadiri workshop tersebut.  Mereka berdua berhasil mengikuti sisa workshop  hingga uji pentas di Museum Tani Jawa, Imogiri. 

Reading Play/Foto: Hermard
Reading Play/Foto: Hermard

Saran bagi pemain Maton/Foto: Hermard
Saran bagi pemain Maton/Foto: Hermard
Saat ini hal yang membuat ketar-ketir berlebihan, menyangkut waktu persiapan atau latihan. Rencana semula festival diselenggarakan  bulan Oktober 2023, namun kemudian ada pemberitahuan bahwa kerjasama KSS dengan Kemendikbudristek berakhir pada 31 Agustus 2023, maka festival diajukan menjadi bulan Juli antara tanggal 9 -- 22 Juli. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun