Untuk mencapai umbul, peziarah harus melalui jalan setapak buatan. Di sisi kanan ada kolam, merupakan tempat kungkum (berendam) dan di salah satu sudutnya berdiri patung Semar. Mengapa patung Semar?
Sementara di sebelah kiri jalan setapak, lebih menyerupai parit  tempat air mengalir ke bawah lereng.
Umbul Jumprit merupakan situs suci bagi aliran kepercayaan maupun umat Budha. Menurut Tyas Titi Kinapti (Merdeka.com), air di Umbul Jumprit bukanlah air biasa. Bagi Umat Budha, dianggap sebagai air suci pembersih jiwa manusia. Pengambilan air suci ini dengan harapan seluruh manusia di dunia agar sadar bahwa jiwa ini bagaikan jiwa Sang Buddha. Penuh cinta kasih tanpa memandang aliran dan agama.
"Di dalam bangunan itu terdapat makom Ki Jumprit dan Eyang Singanegoro," ujar Pak Widi sambil menunjuk ke bangunan dengan dominasi warna hijau.Â
Tempat ini  dipenuhi peziarah setiap hari pasaran malam Selasa Kliwon, Jumat Kliwon, atau tanggal 1 Sura. Saat mendekat, saya mencium semerbak mawar menguar mewangi.  Ini menandakan banyaknya penziarah yang datang ke sini menaburkan bunga.
"Jika berziarah ke sini harus dengan niat yang tulus. Jangan sesekali berbuat yang aneh-aneh. Pernah ada yang ngomyang sendiri karena saat berada di area ini berteriak-teriak seenaknya sendiri," jelas Pak Widi yang sejak kanak-kanak mengakrabi tempat ini.
Seluruh area dipenuhi pohon-pohon pinus besar berusia puluhan tahun, berfungsi sebagai peneduh dan tempat berlindung ratusan monyet. Keasrian kawasan ini terjaga karena termasuk hutan lindung milik Perhutani, pengelolaannya berada di bawah Perum Perhutani KPH Kedu Utara, Â masuk dalam petak 8A RPH Kwadungan BKPH Temanggung dengan luas mencapai 1,6 hektar.