Kemudian Gandrik, disepakati menjadi nama kelompok menjadi Teater Gandrik.
Jujuk gemar berolahraga, pernah menekuni renang, silat, bola basket, dan tinju. Semua dilakukan untuk mengolah tubuh agar sehat dan kuat. Pengalamannya di masa muda membentuk karakter sebagai orang dengan sosok yang disiplin, terutama menyangkut waktu.Â
Saat latihan, misalnya, pasti dimulai tepat waktu, meskipun belum semua anggota datang. Satu hal yang cukup berpengaruh dalam proses kreatif berkesenian Jujuk adalah pertemuannya dengan Julie Taymor. Dia teringat betul dengan apa yang pernah disampaikan Julie bahwa hidup bukanlah masalah makan dan minum, melainkan bagaimana membuat hati bekerja dan merasakan sesuatu.Â
"Kalau ini (menunjuk dada) hidup, maka yang lain akan hidup," ucap Jujuk menirukan Julie Taymor.Â
Karena itulah Jujuk merasa kegelisahan di hati harus selalu dijaga dan dirawat demi proses kreatif. Jangan sampai kita tidak mempunyai kegelisahan dan berhenti berproses dalam kehidupan.
Jujuk menikahi Saptaria Handayaningsih, rekannya sesama aktor di Teater Gandrik, dan dikaruniai lima anak. Isterinya wafat pada tahun 1995, dan sejak itu Jujuk memutuskan membesarkan anak- anaknya seorang diri.Â
Untuk menambah penghasilan dan melatih konsentrasinya, Jujuk melakukan aktivitas membatik di rumahnya, di daerah Kasihan, berjarak 1 kilometer arah selatan Padepokan Bagong Kussudiardja. (Herry Mardianto & Latief S. Nugraha)
Rujukan: Orang-orang Panggung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H