Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Ngabuburit ke Babon Aniem Kotabaru

10 April 2023   10:29 Diperbarui: 10 April 2023   18:58 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan dekoratif yang mencuri perhatian/Foto: Hermard

Meskipun sedang puasa, bukan berarti kita tak bisa berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat menarik. Berjalan-jalan menjadi menyenangkan sambil ngabuburit. Salah satunya menyusuri wilayah Kotabaru, Yogyakarta. Jangan takut ketinggalan berbuka puasa karena di utara masjid Syuhada, di tepian Kali Code, berderet warung-warung kuliner lesehan. Agak ke timur (Jalan Farida M. Noto) ada  De'Celine Restorant, Raminten, Mirota Bakery, dan sebagainya.

Kawasan unik di Yogyakarta bukan hanya di Titik Nol Kilometer maupun wilayah Kotagede, keduanya memiliki bangunan lawas berarsitektur kolonial Belanda. Cobalah sesekali menyusuri kampung Gandekan dan Ketandan, Anda akan berdecak kagum melihat beberapa bangunan lawas bergaya Cina. 

Pun kalau Anda mengitari Jalan Brigjen Katamso akan menemukan klenteng Fuk Ling Miau (Kelenteng Gondomanan) - tempat peribadatan umat agama Kong Hu Cu dan  Buddha -- di samping  menemukan beberapa bangunan dengan ciri arsitektur bergaya Cina.

Satu lagi wilayah di tengah kota yang harus di jelajahi adalah Kotabaru. Sebuah kawasan yang dibangun pada tahun 1917 sebagai Nieuwe Europeesche Villa-park, wilayah hunian bagi pegawai tinggi Belanda, pengusaha, maupun administratur pabrik gula. 

Sampai saat ini, jejak Kotabaru sebagai taman kota masih dengan mudah dapat dicermati, misalnya dari banyaknya pepohonan rindang yang menghiasi jalan melingkar sepanjang Kotabaru. 

Benar-benar sebuah tempat hunian asri dan nyaman, apalagi dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas transportasi (stasiun Lempuyangan), kesehatan (rumah sakit DKT) , tempat ibadah (masjid Syuhada, gereja Kotabaru), tempat olah raga (Kridosono), dan fasilitas pendidikan (SMP Negeri 5 dan SMA Negeri 3) yang memadai.

Jika kita melintas di Kotabaru, menuju ke arah pojok selatan sisi barat SMA Negeri 3 Yogyakarta, akan menemukan bangunan gardu listrik  (Babon Aniem) yang  terlihat  biasa saja dan tidak menyerupai peninggalan sejarah. 

Babon Aniem  dulunya  dibangun sebagai tempat mengatur dan membagi daya listrik untuk kawasan Kotabaru. Didirikan sekitar tahun 1918 oleh perusahaan penyedia listrik swasta Algemene Nederlandsch Indische Electrisch Maatscapij (Aniem).

Wajah Babon Aniem yang selalu berganti/Foto: dokpri Hermard dari berbagai sumber
Wajah Babon Aniem yang selalu berganti/Foto: dokpri Hermard dari berbagai sumber

Lukisan dekoratif yang mencuri perhatian/Foto: Hermard
Lukisan dekoratif yang mencuri perhatian/Foto: Hermard

Meskipun begitu, beberapa tahun silam bangunan ini sempat menarik perhatian karena acapkali berganti wajah dengan  mural (grafiti) yang dibuat  para seniman dalam proyek mural Jogja.

Tidak ditemukan papan informasi mengenai asal-usul dan sejarah bangunan bekas gardu listrik sehingga hanya terlihat seperti bangunan teronggok tanpa jejak sejarah.

Kehadiran mural di  Babon Aniem Kotabaru banyak menuai pro dan kontra. Para sejarawan dan arkeolog mengatakan bahwa Babon Aniem (gardu listrik Kotabaru) merupakan Benda Cagar Budaya (BCB),  merupakan  peninggalan penjajahan Belanda. 

Menurut peraturan, benda cagar budaya tidak boleh ditambah atau dikurangi keasliannya. Namun bila bangunan gardu tersebut dibiarkan tidak terurus pasti akan mengalami kerusakan dan kehilangan nilai sejarahnya. 

Pemerintah Kota Yogyakarta sempat melakukan renovasi dengan membuat taman dan pagar disekelilingnya. Tapi setelah itu perawatannya kurang maksimal.

Alasan Kelompok seniman "Apotek Komik" membuat mural  di Babon Aniem agar bangunan bersejarah itu memiliki sentuhan modern, tanpa mengubah bentuk walaupun harus mengorbankan warna aslinya karena ditimpa lukisan mural. 

Selain itu agar orang-orang yang semula tidak tertarik dan tidak tahu menahu dengan keberadaan bangunan bersejarah, menjadi tertarik dan mengunjungi bangunan tua yang berhiaskan mural tersebut (dikutip dari elantowow.wordpress.com). 

Selain itu, upaya tersebut merupakan ungkapan kecintaan dan perhatian para pecinta seni kepada bangunan tua bersejarah yang kurang mendapat perhatian publik dan terancam dilupakan karena perkembangan zaman.

Kini nasib gardu listrik Kotabaru terasa tak terurus dan merana, sesekali ia bersanding dengan becak yang mangkal di keteduhan seputar Babon Aniem.

Ada baiknya pemerintah segera memberi perhatian agar Babon Aniem Kotabaru dipelihara sama baiknya dengan rumah listrik di simpang Abu Bakar Ali. Dengan begitu akan menjadi bangunan ikonik di Kotabaru.

Masjid Syuhada/Foto: Hermard
Masjid Syuhada/Foto: Hermard
Setelah mampir ke Babon Aniem, dan berbuka puasa di tepian Kali Code, Anda bisa salat magrib di masjid Syuhada, salah satu ikon islami kota Yogyakarta. Masjid ini merupakan salah satu sejarah bagaimana masyarakat Islam Yogyakarta ikut berjuang merebut kemerdekaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun