Tidak ditemukan papan informasi mengenai asal-usul dan sejarah bangunan bekas gardu listrik sehingga hanya terlihat seperti bangunan teronggok tanpa jejak sejarah.
Kehadiran mural di  Babon Aniem Kotabaru banyak menuai pro dan kontra. Para sejarawan dan arkeolog mengatakan bahwa Babon Aniem (gardu listrik Kotabaru) merupakan Benda Cagar Budaya (BCB),  merupakan  peninggalan penjajahan Belanda.Â
Menurut peraturan, benda cagar budaya tidak boleh ditambah atau dikurangi keasliannya. Namun bila bangunan gardu tersebut dibiarkan tidak terurus pasti akan mengalami kerusakan dan kehilangan nilai sejarahnya.Â
Pemerintah Kota Yogyakarta sempat melakukan renovasi dengan membuat taman dan pagar disekelilingnya. Tapi setelah itu perawatannya kurang maksimal.
Alasan Kelompok seniman "Apotek Komik" membuat mural  di Babon Aniem agar bangunan bersejarah itu memiliki sentuhan modern, tanpa mengubah bentuk walaupun harus mengorbankan warna aslinya karena ditimpa lukisan mural.Â
Selain itu agar orang-orang yang semula tidak tertarik dan tidak tahu menahu dengan keberadaan bangunan bersejarah, menjadi tertarik dan mengunjungi bangunan tua yang berhiaskan mural tersebut (dikutip dari elantowow.wordpress.com).Â
Selain itu, upaya tersebut merupakan ungkapan kecintaan dan perhatian para pecinta seni kepada bangunan tua bersejarah yang kurang mendapat perhatian publik dan terancam dilupakan karena perkembangan zaman.
Kini nasib gardu listrik Kotabaru terasa tak terurus dan merana, sesekali ia bersanding dengan becak yang mangkal di keteduhan seputar Babon Aniem.
Ada baiknya pemerintah segera memberi perhatian agar Babon Aniem Kotabaru dipelihara sama baiknya dengan rumah listrik di simpang Abu Bakar Ali. Dengan begitu akan menjadi bangunan ikonik di Kotabaru.
Setelah mampir ke Babon Aniem, dan berbuka puasa di tepian Kali Code, Anda bisa salat magrib di masjid Syuhada, salah satu ikon islami kota Yogyakarta. Masjid ini merupakan salah satu sejarah bagaimana masyarakat Islam Yogyakarta ikut berjuang merebut kemerdekaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H