Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Medan Sastra ke Seriosa: Penurunan Sastra

17 Maret 2023   06:45 Diperbarui: 17 Maret 2023   09:17 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengumuman Seriosa/Foto: Hermard

Majalah Medan Sastra diterbitkan oleh Lembaga Seni Sastra Jogjakarta tahun 1953, beralamat di Gang Melati No. 10, Jalan Baciro, Yogyakarta.

Medan  Sasrtra merupakan majalah kebudayaan/kesusastraan dengan motto "Lapangan Perjuangan Pembinaan Kesusastraan yang Bersifat Pandangan dan Kupasan" ini digawangi oleh Rachmad Projosudiro, Sumardjono, Suharno Kartowirjono, dengan penasihat Soendoro dan Himodigdo. 

Majalah ini didominasi rubrik kebudayaan dan memuat karya sastra berupa cerita rekaan maupun puisi. Peredaran majalah, selain di Yogyakarta, beredar pula di Jakarta dan Solo dengan harga eceran 1,25 rupiah dan langganan per kwartal 3,25 rupiah.

Majalah Medan Sastra memiliki editor khusus yang menangani karya-karya sastra, yaitu Nasjah Djamin yang kemudian dikenal sebagai sastrawan besar Indonesia.

Kegiatan sastra yang pernah dilakukan adalah pembacaan puisi dan cerpen dalam rangka memperingati tokoh Multatuli. Diselenggarakan bekerja sama dengan Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, tanggal 18 Februari 1953, bertempat di Gedung Proklamasi, Pegangsaan Timur, Jakarta.

Beberapa karya sastra yang  dimuat adalah "Orang Asing"  (Hartoyo Andangjaya), "Kehilangan Perawan"  (Kirdjomulyo), "Bercermin"  (Si Pong-puisi, Maret 1953), "Renungan Persahabatan"  (S. Wandhi-cerpen, Maret 1953), "Djono Pemimpin Rakyat"  (Menanti Kasih-cerpen, Mei 1953), "Tinah dan Satu Senar Biola"  (Djon-cerpen, Juni 1953), "Busa Malam"  (Sukro Wijono-cerpen, Juli 1953), "Peristiwa dalam Satu Jam"  (S. Wandhi-cerpen, September 1953). Dimuat juga  esai sastra, antara lain "Chairil Anwar"  (Rachmadi PS), "Kesusasteraan Roma"  (S.K. Wirjono, Maret 1953), dan "Plagiat dan Bahayanya"  (Chandra AS, Juni 1953).

Puisi dalam MS, Oktober 1953/Foto: Hermard
Puisi dalam MS, Oktober 1953/Foto: Hermard
Di samping cerpen dan puisi, majalah ini memuat naskah drama radio "Di Simpang Jalan" (Juli 1953) karya Djon dan sandiwara radio, "Hati yang Tegar" (September 1953) karya SM Ardan. 

Berbagai tulisan yang berkaitan dengan sastra (sesuai dengan perubahan motto: majalah untuk perkembangan sasterawan muda) dimuat majalah ini, meskipun tanpa rubrikasi tetap.

Semangat baru Medan Sastra/Foto: Hermard
Semangat baru Medan Sastra/Foto: Hermard
Sejarah, visi dan misi majalah Medan Sastera dapat dicermati dari "Pengantar Redaksi" yang dimuat dalam edisi perdana, April 1953. Sejak berdirinya Lembaga Seni Sastera (LSS), sudah ada niat untuk menerbitkan majalah kesusastraan yang berguna bagi masyarakat. 

Setelah LSS mengalami perkembangan  pesat, cita-cita untuk menerbitkan majalah Medan Sastera pun terwujud sesuai dengan asas dan keinginan LSS. 

Diharapkan dengan terbitnya majalah Medan Sastra  maka terbukalah jalan bagi pengarang-pengarang angkatan baru untuk mencapai kemajuan. 

Nama "Medan Sastera" sebenarnya sudah dapat memberikan gambaran bagaimana bentuk dan sifat majalah ini. "Medan" adalah sebuah lapang (tempat luas) untuk perjuangan, dan "Medan Sastera", dengan demikian, adalah tempat perjuangan pembinaan kesusatraan, baik yang bersifat pandangan maupun kupasan. 

Di samping itu, majalah ini harus dapat menunjukkan hasil-hasil kesusastraan baru (dari aliran manapun) dengan penuh kebebasan (hidup). Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa sudah lama LSS menerima karya-karya sastra dari berbagai pihak (terutama anggota LSS), tetapi tidak sempat mempublikasikannya karena LSS belum mempunyai media publikasi.

Cover Medan Sastra/Foto: Hermard
Cover Medan Sastra/Foto: Hermard
Selain Medan Sastera, LSS menerbitkan edisi tahunan Mekar,  berisi kumpulan puisi dan prosa hasil karya anggota LSS. Hal ini dilakukan untuk mendorong motivasi anggota agar terus meningkatkan kreativitas dan produktivitas dalam berkarya. Bagi LSS, kesusastraan sebagai salah satu cabang kebudayaan bukanlah hal yang patut didiamkan.

Jadi, berdirinya LSS tidak lain dimaksudkan untuk melahirkan pengarang-pengarang baru dan menghidupkan jiwa kesusastraan yang ada atau tumbuh dalam masyarakat. 

LSS membiarkan anggotanya tumbuh dengan bebas, lepas dari paham dan aliran serta dogma tertentu. Hasrat LSS adalah ingin menyebar benih kesusastraan di seluruh bumi Nusantara, terserah buah itu hitam atau putih tergantung kepada individu masing- masing dalam mencari kebenaran dari pengalaman hidup masing- masing. 

Gagasan tersebut dikedepankan dengan asumsi bahwa tinggi rendahnya peradaban manusia dapat dilihat dari hasil kesusastraannya. 

Kesusastraan adalah hasil kebudayaan batin manusia yang diharapkan menimbulkan kesejahteraan hidup dalam hubungan antarmanusia sehingga timbul harmoni antara lahir dan batin. 

Pada awalnya, harapan LSS terwujud dalam Medan Sastera yang memang mengangkat persoalan-persoalan seputar sastra, baik ulasan sastra maupun beragam karya sastra. Situasi ini berbelok arah ketika pada tahun 1954 majalah Medan Sastra berubah wujud menjadi majalah Seriosa dengan moto "Majalah Bulanan untuk Sastra dan Seni serta Soal-soal yang Bersangkutan dengan Itu".

Alih wujud Medan Sastra menjadi Seriosa/Foto: Hermard
Alih wujud Medan Sastra menjadi Seriosa/Foto: Hermard
Perubahan wujud ini membawa dampak pada perubahan susunan redaksi sebagai berikut: Soewardi Idris (pemimpin redaksi), Kirdjomulyo, S.K. Wirjono, Rachmadi PS, Suwandi Rasdan, Nasjah, Handrijo (dewan redaksi). Alamat redaksi pun berpindah ke Danurejan 16, Yogyakarta. 

Peralihan wujud dari Medan Sastra menjadi Seriosa mempunyai maksud agar redaktur dapat memperluas isi Medan Sastra yang dianggap  tidak mampu menampung semua persoalan yang terus berkembang dalam masyarakat. 

Secara eksplisit pemikiran tersebut dapat dicermati melalui pengumuman dari Lembaga Seni Sastera Pusat yang dimuat dalam Seriosa, No. 1, 1 Maret 1954 Th. I. 

Pengumuman Seriosa/Foto: Hermard
Pengumuman Seriosa/Foto: Hermard
Alasan penggantian nama menurut dewan redaksi dalam rubrik Editorial tidak sesederhana itu, tetapi merupakan wujud kerja keras dewan redaksi untuk menyajikan tulisan-tulisan yang lebih berkualitas yang mampu mengangkat nilai-nilai kemanusiaan. Perhatikan isi rubrik Editorial dalam Seriosa, No.1, 1 Maret 1954.

Editorial visi misi Seriosa/Foto: Hermard
Editorial visi misi Seriosa/Foto: Hermard
Sesungguhnya apa yang diharapkan redaktur Seriosa dalam muatan Editorial tersebut tidak lepas dari asas dan tujuan Lembaga Seni Sastra secara umum, yaitu: (a) lembaga tidak akan mencampuri dan menuntut adanya aliran-aliran kesusastraan, (b) Lembaga merupakan badan penghubung yang aktif untuk menghubungkan satu sama lain, dan (c) menampung tenaga muda meskipun belum mempunyai pengalaman.

Setelah berubah menjadi Seriosa, tetap ada beberapa karya sastra yang dimuat dalam Seriosa antara lain: "Dari Lagu ke Rambut" (cerpen karya Djamil Suberman, 1 Maret 1954), "Terpecah-pecah" (cerpen karya S. Rasdan,  1 Maret 1954), "Kamar Depan" (cerpen karya Soedjoko Pr, April 1954).

Hanya saja secara kuantitas pemuatan karya sastra atau artikel sastra menjadi berkurang setelah terjadinya perubahan nama dari Medan Sastra menjadi Seriosa. (Herry Mardianto)

Rujukan: Sistem Penerbitan di Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun