Jadi, berdirinya LSS tidak lain dimaksudkan untuk melahirkan pengarang-pengarang baru dan menghidupkan jiwa kesusastraan yang ada atau tumbuh dalam masyarakat.Â
LSS membiarkan anggotanya tumbuh dengan bebas, lepas dari paham dan aliran serta dogma tertentu. Hasrat LSS adalah ingin menyebar benih kesusastraan di seluruh bumi Nusantara, terserah buah itu hitam atau putih tergantung kepada individu masing- masing dalam mencari kebenaran dari pengalaman hidup masing- masing.Â
Gagasan tersebut dikedepankan dengan asumsi bahwa tinggi rendahnya peradaban manusia dapat dilihat dari hasil kesusastraannya.Â
Kesusastraan adalah hasil kebudayaan batin manusia yang diharapkan menimbulkan kesejahteraan hidup dalam hubungan antarmanusia sehingga timbul harmoni antara lahir dan batin.Â
Pada awalnya, harapan LSS terwujud dalam Medan Sastera yang memang mengangkat persoalan-persoalan seputar sastra, baik ulasan sastra maupun beragam karya sastra. Situasi ini berbelok arah ketika pada tahun 1954 majalah Medan Sastra berubah wujud menjadi majalah Seriosa dengan moto "Majalah Bulanan untuk Sastra dan Seni serta Soal-soal yang Bersangkutan dengan Itu".
Peralihan wujud dari Medan Sastra menjadi Seriosa mempunyai maksud agar redaktur dapat memperluas isi Medan Sastra yang dianggap  tidak mampu menampung semua persoalan yang terus berkembang dalam masyarakat.Â
Secara eksplisit pemikiran tersebut dapat dicermati melalui pengumuman dari Lembaga Seni Sastera Pusat yang dimuat dalam Seriosa, No. 1, 1 Maret 1954 Th. I.Â
Setelah berubah menjadi Seriosa, tetap ada beberapa karya sastra yang dimuat dalam Seriosa antara lain: "Dari Lagu ke Rambut" (cerpen karya Djamil Suberman, 1 Maret 1954), "Terpecah-pecah" (cerpen karya S. Rasdan, Â 1 Maret 1954), "Kamar Depan" (cerpen karya Soedjoko Pr, April 1954).
Hanya saja secara kuantitas pemuatan karya sastra atau artikel sastra menjadi berkurang setelah terjadinya perubahan nama dari Medan Sastra menjadi Seriosa. (Herry Mardianto)
Rujukan: Sistem Penerbitan di Yogyakarta