Lelaki senja itu terlihat piawai mengukur setiap jengkal ukuran calon bangunan. Beberapa kali matanya melirik gambar  rancangan rumah, tangannya menuliskan angka dengan spidol di rentangan kayu pembatas sambil meyakinkan cucunya untuk menancapkan paku di bagian yang sudah ia beri tanda.
"Aja lali sing tengah nganggo paku  gedhe -- jangan lupa yang tengah pakai paku besar," suaranya berulang kali mengingatkan.
Siang begitu panas membakar. Mbah Hadi tetap bersemangat dengan meteran, angka-angka, spidol, gambar, dan paku...
Kerja keras diperlukan agar kita mendapatkan hasil terbaik. Tentu semua harus bersinergi dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada. Hasil yang sempurna selalu diawali dengan perencanaan dan kerja sama berkelanjutan.
Setelah batu bata naik, saya kembali memastikan sisa celah di antara tembok pagar belakang dengan dinding rumah. Kali ini saya menemui mandor pembangunan. Lelaki berusia lanjut itu langsung menyapa hangat saat dihampiri.
"Mangga Mas pinarak," sapanya.
"Pojokan menika kira-kira lebarnya berapa, Pak?"
Ia melangkah mendekat. Segera membentangkan meteran yang setia dalam genggamannya.
"Ini dari as masih tersisa satu meter, saged dipun pasang pintu," Â jelas Mbah Waji sambil matanya melihat angka pada meteran berwarna biru.
Lelaki teduh dengan keriput mulai menggerogoti sepetak wajahnya itu bukan lelaki sembarangan di antara pekerja lainnya. Ia adalah mandor atau bas bangunan yang disegani. Percakapan kami menjadi kian akrab.