Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menikmati Puasa di Pertemuan Sungai Tungkal

6 Maret 2023   12:43 Diperbarui: 6 Maret 2023   14:23 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi tukar-menukar hantaran  berlangsung selama sebulan penuh.  Saat itu hantaran  dibikin sendiri karena tidak ada penjual kue atau makanan seperti sekarang ini.

Puasa merupakan malam penuh berkah. Sejak sebelum berbuka, kami anak-anak memasang dan menyalakan lilin di sekitar rumah, terutama di tiang pagar. Tahun 1970-an belum ada lampu penerangan jalan, rumah-rumah menggunakan lampu semprong/teplok dan petromaks. 

Jadi dengan banyaknya lilin yang dipasang di sekeliling rumah, menjadikan malam berubah terang dan rumah terlihat bercahaya. 

Semakin mendekati malam lebaran, jumlah lilin yang dipasang semakin banyak. Beberapa rumah bahkan memasang tangklung atau lampion buatan sendiri dari kerangka bambu ditutupi kertas minyak warna-warni. 

Karena bangunan rumah dan pagar terbuat dari papan dan kayu, maka kami harus selalu mengawasi lilin-lilin yang kami nyalakan. Sebelum lilin habis, kami  menggantinya agar tidak sampai mengenai tiang kayu pagar yang dijadikan alas tempat berdirinya lilin. Kami juga menjaga agar lilin tidak jatuh karena bisa mengakibatkan kebakaran.

Selepas berbuka puasa,  kami berdiri di depan rumah, bermain dengan teman sebaya. Ada beberapa teman yang berjalan keliling menawarkan lilin, kembang api, atau kue.  

Setelah itu kami akan salat tarawih di surau diteruskan dengan mengaji  agar kami dapat menyelesaikan pembacaan Turutan sebelum malam lebaran.

Bagi tokoh masyarakat dan pejabat, biasanya mereka  mendapatkan parcel tiga minggu atau dua minggu menjelang lebaran. Parcel itu berupa kiriman  telur, tepung terigu, mentega, roti kaleng, limun, sarsaparila, buah-buahan, minuman kaleng, dan lainnya. 

Pengiriman parcel pasti tidak lepas dari pandangan mata tetangga karena pengiriman parcel hanya menggunakan becak samping dan dalam jumlah banyak: tepung terigu dua karung, telor tiga peti, limun dan minuman kaleng sampai sepuluh krat.

Masyarakat Kuala Tungkal kala itu  menyambut bulan puasa dan lebaran dengan semangat "menghabiskan uang", seakan-akan uang yang dikumpulkan hanya demi lebaran. Biasanya menjelang bulan puasa, banyak tetangga memperbaiki rumah, mengecat,  mengganti pagar, membeli meja kursi, sampai setoples baru. Pokoknya ada saja yang baru.

Merayakan idul fitri tidak hanya sehari dua hari, melainkan sebulan penuh.  Mengapa begitu? Karena ada peraturan tidak tertulis bahwa kita harus membalas kunjungan keluarga lain setiap mereka datang  bersilaturahmi, meskipun hanya bersebelahan rumah.  Jika tidak melakukan kunjungan balasan, kita dianggap sombong dan tidak tahu adat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun