Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana Mencari Raja Gombal (?)

11 Februari 2023   09:14 Diperbarui: 11 Februari 2023   16:49 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan kepada Sapardi/Foto: Hermard

Bangun tidur selepas subuh, saya langsung membaca notification topik pilihan dari admin Kompasiana, "Aku Ingin Menggombalimu dengan Sederhana". Serta merta timbul kecurigaan (tanpa alasan) adayanya upaya  mengkultuskan Sapardi Djoko Damono (SDD) atau justru keinginan "meremehkan" puisi-puisi kompasianer yang diksinya tidak sekuat SDD:

aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada

Satu hal yang pasti, topik  itu tidak dimaksudkan dalam rangka mengenang SDD karena tidak berkaitan dengan tanggal dan bulan kelahiran maupun kepulangan sastrawan sekaligus guru besar ini ke rumah ilahi. Seiingat saya (mohon maaf kalau ingatan saya ngawur dan nganuw), ia lahir pada tanggal 20 Maret 1940 dan meninggal dunia 19 Juli 2020. Sekarang masih bulan Februari, jauh dari Maret, terlebih Juli.

Kenangan saya terhadap SDD tidak lepas dari buku kiriman beliau: Tirai Demokrasi: Sebuah Selebaran, antologi puisi Arloji, buku puisi panjang Namaku Sita, Slamet Rahardjo: Sebuah Esai, dan Alih Wahana. 

Kajian Alih Wahana/Foto: Hermard
Kajian Alih Wahana/Foto: Hermard

Tulisan tangan Sapardi/Foto: Hermard
Tulisan tangan Sapardi/Foto: Hermard
Dalam mengirim buku-buku itu, tak satu pun memberi kabar sebelumnya. Dari sini saya paham jika penyair sekaligus penerjemah (tahun 1999 mendapat penghargaan dari Yayasan Buku Utama sebagai penerjemah terbaik untuk novel John Steinbeck,  The Grapes of Wrath) yang menghasilkan lebih dari  tiga ratus lebih puisi ini , senang membuat kejutan demi kejutan.

Hal yang juga  tak dapat dilupakan  saat sastrawan yang pernah memperdalam pengetahuan di Universitas Hawaii Honolulu, Amerika (1970-1971) mengajak    menulis bersama  artikel untuk penyusunan buku Sastra Jawa Suatu Tinjauan Umum (Balai Pustaka, 2001).

Buku berharga bagi sastra Jawa/Foto: Hermard
Buku berharga bagi sastra Jawa/Foto: Hermard

Menulis bersama/Foto: Hermard
Menulis bersama/Foto: Hermard
Kami menulis  artikel "Terjemahan ke dan dari Bahasa Jawa", dan "Geguritan". Ini salah satu bukti, seorang guru besar sangat rendah hati karena tak segan mengajak "guru kecil" menulis bersama untuk buku pegangan yang cukup prestisius.

Tahun 1999 dan 2014 kami bertemu saat  beliau menjadi salah satu mentor dalam Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Sebagai peserta, kami diminta menulis esai mengenai sastra perbandingan terhadap karya-karya sastra  Asia Tenggara. 

Keramahan,  penguasaan materi, dan penyampaian yang gamblang dari SDD terhadap cara kerja sastra bandingan, menyebabkan dua puluh tiga peserta berasal dari Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam dapat menyelesaikan esai dengan baik. 

Dalam sesi diskusi ia menjelaskan dengan lugas kajian sastra bandingan akan berkembang dinamis sesuai zaman, tidak selalu berpijak pada nilai estetika karya besar. Lebih dari itu, mungkin saja berangkat dari sejauh mana karya sastra mencerminkan kebudayaan tiap-tiap bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun