Bagi Anda yang sedang berada di Yogya, tentu makan pagi  tidak harus selalu gudeg. Ada pilihan lain berupa nasi kuning, bubur ayam, atau soto. Salah satu warung soto yang buka pada pagi buta (sekitar jam enam) adalah warung soto Pak Sholeh "Al Barokah" Tegalrejo.
Warung makan ini letaknya berdekatan dengan Monumen Diponegoro Sasana Wiratama, berupa museum khusus yang berisikan benda-benda peninggalan Pangeran Diponegoro.
Perjalanan panjang  berliku ditempuh keluarga Haji Muhammad Sholeh hingga sampai pencapaian memiliki banyak pelanggan seperti sekarang ini.Â
Sejak tahun 1950 Haji Muhammad Sholeh  mulai merintis usaha sotonya dan baru ditekuni secara serius tahun 1952 dengan berjualan berkeliling ke perkampungan sekitar Ngampilan,  Jalan Ahmad Dahlan, lalu mangkal di Alun-alun Utara.
Kenyataannya, dalam perjalanan waktu, pelanggan soto sapi Pak Sholeh kian bertambah. Mungkin  karena cita rasa gurih manis yang cocok dengan selera masyarakat Yogyakarta.Â
Hal ini membuat Pak Sholeh  mampu menyewa kios di Purwodiningratan, seputar Ngampilan pada tahun 1970. Penjualan soto kian berkembang pesat, sehingga pada tahun 1982 pindah ke Jalan Wiratama menempati bangunan cukup luas.
Satu porsi hidangan soto terdiri dari nasi, potongan daging sapi, Â kol, kecambah, bihun, wortel, dengan taburan irisan daun seledri, Â bawang goreng, dan siraman kuah kaldu bening beraroma sedapnya bumbu rempah.
"Wah, kuahnya seger, gurih. Dagingnya lembut, apalagi jika sotonya dikeceri jeruk nipis," puji ibu negara Omah Ampiran.
Pramusaji yang melayani kami menjelaskan bahwa daging sapi yang digunakan adalah daging sapi segar.
"Daging segar itulah yang menyebabkan kuah  soto terasa gurih. Gurihnya menggigit, silakan dicoba," jelasnya.