"Ayo, jangan malas, jangan cuma nggandul!" teriak Mas Bibit sambil memecut sapi yunior.Â
Saat itu perjalanan sudah hampir dua puluh kilometer, melalui jalan kabupaten dan jalan desa. Sapi yunior tampak mulai terseok. Saya duduk bersebelahan dengan Mas Bibit, putra tertua Pak Marjoko. Pak Marjoko duduk di belakang sambil sesekali menoleh ke belakang, mengawasi situasi lalu lintas di belakang kami. Jika ada kendaraan besar mau mendahului, Pak Marjoko memberi tahu Mas Bibit, "Awas ana sing nyalip, gedhe!"
Bagi masyarakat desa, sapi merupakan hewan peliharaan yang dapat membantu meringankan pekerjaan mereka, entah digunakan sebagai alat transportasi (penarik gerobak) atau membajak sawah. Jika sapi akan melakukan pekerjaan berat, misalnya menempuh perjalanan jauh, mengangkut hasil panen  melebihi kapasitas, maka sapi perlu diberi minuman "suplemen".
Tentu bukan minuman penambah tenaga dalam kemasan. Ia cukup diberi tiga sampai lima butir telur bebek mentah  dicampur madu dan ditaruh dalam bumbung (potongan bambu) untuk digelontorkan lewat congor (mulut) sapi. Sebulan atau dua bulan sekali, minuman penambah tenaga ini selalu diberikan. (Herry Mardianto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H