"Kalau memang sudah nasib saya
sebagai babu, apa ta repotnya?
Gusti Allah Mahaadil, kok
saya nrima ing pandum
Kalau Indonesia krisis babu
bukan hanya krisis BBM saja
O, Allah, apa nanti jadinya?
Terang, negara kocar kacir!
Karena, demikianlah hukumnya:
Ada jendral ada pengawal
ada admiral ada gedibal
Ada cantrik ada resi
ada kawula ada Gusti
Ada siswa ada guru
ada priyayi ada babu
Kedua duanya tak terpisahkan:
dua itu satu, satu itu dua
loro loroning atunggal
Tapi pangkat bukan ukuran
yang menakar martabat insan
Karena peran dan kewajiban
pangkat pun kita sandang."
(Pengakuan Pariyem, hlm. 35-36)
Kutipan di atas secara implisit mencerminkan dasar moral orang Jawa dalam menempatkan eksistensi dirinya. Dasar moral orang Jawa menurut Zoet Mulder,  terletak pada kewajiban dan hubungan antara orang-orang yang tidak sama kedudukannya. WS Rendra  menyatakan bahwa masing-masing individu dalam masyarakat Jawa harus tahu kedudukannya: apakah ia klerek, priyayi, kepala, rendahan, perempuan, laki-laki, semuanya punya kedudukan sendiri-sendiri dan tidak dapat disamakan begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H