Tak perlu heran jika suasana vintage mendominasi keberadaan kedai makan Den Wir. Sebelum diresmikan sebagai warung kuliner pada tahun 2017, tempat ini semula digunakan untuk ruang pajang barang-barang antik. Sampai sekarang barang berupa gebyok, pintu, jendela, koper besi, gramaphone, mesin ketik, radio, jerigen besi, cermin, meja, kursi lawasan, menjadi bagian interior tempat usaha kuliner keluarga Mbak Menik.
Pernak-pernik barang-barang antik dengan nuansa Jawa ditata sedemikian rupa sehingga  suasana  vintage-nya begitu memanjakan mata.
Menu di sini pun merupakan menu-menu njawani, Â tempo dulu. Dari minuman saparela, setup jambu, wedang uwuh, nasi pecel sambal tumpang, sayur lodeh, sop buntut, dan lainnya.
"Suka sekali dengan tahu cocol yang dihidangkan panas-panas dilengkapi sambal kecap. Rasanya nampol banget!" ujar Ardhiya, gadis belia yang nongki bersama teman-teman sebayanya.
Camilan lain yang menjadi idola adalah pisang cocol, pisang goreng, mendoan, dan ubi goreng (bisa dicocol sambal bawang). Semua dapat dinikmati dengan paduan minuman wedang jambu, kunir asem, wedang uwuh, atau bir Jawa.
Bir Jawa? Jangan dibayangkan kalau minuman ini akan membuat mabuk, teler. Minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol, merupakan minuman priyayi keraton Yogyakarta sejak masa Sultan Hamengkubuwono VII.
Bir Jawa dipercaya mempunyai manfaat mengatasi rasa capek, masuk angin, dan menghangatkan badan.
Minuman tradisional ini terbuat dari campuran rempah berupa serai, kulit kayu secang, kayu manis, kapulaga, jeruk nipis, cengkeh, dan jahe. Warna kuning kemerahan pada bir Jawa didapat dari perpaduan jeruk nipis dan kayu secang.
Menu andalan untuk santap siang, di samping sup buntut, ayam goreng,  nasi ayam geprek kremes, nasi sayur lodeh, ada pilihan spesial  berupa nasi pecel sambal tumpang, terdiri dari koyor sapi, tulang muda, dan irisan tahu. Kemudian dimasak dengan santan serta bumbu sambel tumpang (dari campuran tempe semangit). Selain itu, dilengkapi secawan pecel berupa kecambah, daun bayam, daun kemangi, serta kacang panjang rebus.
"Nasi sambal tumpangnya tak ada duanya. Pedas gurih menjadi satu. Kuahnya agak kental creamy," ujar Cahya Rini, pelanggan yang sengaja datang dari Ngaglik, Sleman.
Letak kedai Den Wir memang agak jauh dari pusat kota Yogyakarta. Lokasinya berada di Jalan Retno Dumilah, Kotagede. Â Meskipun begitu, kita bisa menikmati berbagai minuman yang mungkin tak pernah terpikirkan: wedang sirsak, wedang jambu (minuman favorit Sultan Hamengkubuwono IX), wedang jahe sere gula merah, wedang jahe sere jeruk, dan wedang pokak--merupakan perpaduan serai, cengkih, jahe, daun pandan, buah pokak, dan racikan rempah lainnya.
Bagaimana, sudah siap menjelajah kuliner Kotagede?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H