desa ingin maju, tidak terkucil (dari pusat pemerintahan). Â
Tak dapat dipungkiri  kebenaran gagasan Kuntowijoyo bahwa simbol-simbol pedesaan lambat laun akan tergantikan oleh simbol-simbol perkotaan. Terlebih jika masyarakatPada titik ini, ada semacam kesadaran bersama  mengubah desa yang semula closed corporate community menjadi open corporate community.
Begitulah, desa Babrik di wilayah Jamblangan, Seyegan,  Sleman, yang semula seakan "tertidur" di pinggir sepotong jalan  membujur arah timur-barat, kini mulai terjaga dari tidur pulasnya. Jalan desa ke arah jalan raya Seyegan-Godean yang semula gelap gulita, kini terang benderang karena deretan tiang-tiang lampu LED. Begitu juga  tanah kas desa, semula dimanfaatkan sebagai lahan pertanian kurang produktif, kini  berdiri bangunan  limasan, joglo, dan beberapa gazebo di area seluas empat ribu meter persegi.
"Iya, kami berusaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan suasana baru di luar pertanian," ujar Sugi Hartono (akrab disapa Hartono), lelaki paruh baya, inisiator pendirian Kali Klangsi Edupark (KKE).
pabrik Tom. Sampai hari ini pembangunan sudah  mencapai delapan puluh persen.
Kompleks bangunan KKE tepat berada di sisi timur kali Klangsi. Pembangunan  diawali dengan membersihkan kali Klangsi  agar dapat berfungsi sebagai tempat keceh atau tempat bermain anak-anak. Dilanjutkan  perataan tanah sawah, pembersihan sisa-sisa bangunan tua bekasMasyarakat Babrik bahu-membahu dalam mewujudkan KKE sebagai tempat wisata, outbond, gathering, outing. Mereka dengan suka rela menanam saham berupa tenaga, peralatan, tanaman, perkakas, atau apa pun. Semua tercatat  rapi di buku besar. Artinya, sekecil apa pun, masyarakat Babrik ikut andil di dalamnya.
Pabrik Tom menurut keterangan penduduk setempat merupakan pabrik pewarna kain pada zaman Belanda.  Kebenaran dugaan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan beberapa kolam berukuran besar bekas tempat merendam kain (yang akan diberi warna) dilengkapi saluran pembuangan air  ke arah  kali Klangsi.
Nama Pabrik Tom  bisa juga dikaitkan dengan tanaman tom,  awalnya banyak tumbuh di daerah Kulonprogo. Tanaman tom (tarum, nila, indigofera) merupakan tumbuhan semak, menghasilkan warna biru (indigo) setelah melewati proses pengeburan dengan mencampurkan daun sirih atau injet. Pewarna alami ini digunakan untuk mewarnai kain.
Sisa bangunan Pabrik Tom sebagian dipertahankan seperti aslinya, terutama dua tiang penyangga dan sebuah kolam lengkap dengan saluran pembuangan air. Pohon  besar di samping sisa-sisa pabrik Tom juga dibiarkan berdiri kokoh.
"Sebagai tempat rekreasi keluarga, area ini akan dilengkapi fasilitas permainan anak-anak. Ternasuk pengalaman membajak sawah, memetik buah-buahan atau sayuran, dan tubing river menyusuri kali Klangsi sampai Selokan Mataram. Konsep  culture for nature akan kami kedepankan dengan mempertahankan suasana pedesaan," jelas Hartono.
Hartono sebagai inisiator pendirian KKE, dikenal luas di kalangan pelaku wisata di Kulonprogo. Sejak tahun 2003 turut mengelola Pusat Penyelamatan Satwa Yogyakarta. Kemudian mendirikan Dolan Ndeso Boro. Pada tahun 2019 bersama beberapa teman mendirikan Ono Kaline  River Park. Baik Dolan Ndeso Boro maupun Ono Kaline, merupakan tempat wisata berbasis outbond, gathering, dan outing.
Dusun Babrik (berasal dari penyebutan pabrik) digugah bangkit karena simbol-simbol perkotaan mulai melesak masuk. Generasi muda Babrik semakin akrab dengan tayangan  YouTube. Nyanyian desa terpinggirkan oleh lagu Aja Dibanding-bandingke, mitos tentang cikal-bakal tokoh desa dibayang-bayangi tokoh-tokoh rupawan drama Korea, bahasa desa digusur oleh bahasa Indonesia, bahkan nantinya bahasa asing.
Perubahan ini terjadi secara masif dan tanpa kompromi saat tiang besi hitam dengan identifikasi warna merah, biru muda, kuning, seenaknya tanpa permisi masuk hingga ke sudut-sudut desa, tak terkecuali desa Babrik, membentangkan kabel internet untuk menenggelamkan masyarakat  dalam dunia maya.
*Herry Mardianto
Rujukan: Demokrasi dan Budaya Birokrasi (Kuntowijoyo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H